dunia kampus

Kelas Online: “Diam” Itu Paham atau Hampa?

Terhitung sudah hampir tiga tahun, pembelajaran online dilalui oleh mahasiswa imbas dari pandemi corona yang tak kunjung reda. Sejak awal, pembelajaran online telah menuai pro dan kontra dikalangan mahasiswa dan dosen. Namun, tak bisa dimungkiri hal ini adalah buah kebijakan pemerintah yang harus dipatuhi. Banyak mahasiswa yang pro dari adanya kelas online ini karena dirasa lebih efisien dalam membagi waktu serta menghemat biaya. Banyak pula mahasiswa yang kontra akan adanya kelas online dikarenakan tidak bisa maksimal dalam menerima materi terutama pada mata kuliah praktik.

Keresahan pro dan kontra tentu juga dialami para dosen. Berada pada pihak yang pro karena mereka pun merasa efisien dalam waktu dan menghemat tenaga. Namun, banyak kontra terjadi dikarenakan mahasiswa tidak cukup puas dengan apa yang telah dosen sampaikan. Hal ini terlihat ketika penilaian yang diberikan oleh mahasiswa untuk dosen kurang atau tidak baik. Tentu saja hal ini akan menjadi catatan untuk kinerja dosen.

Padahal, faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan mahasiswa bukan sepenuhnya kesalahan dosen ketika menyampaikan materi, namun juga bisa datang dari diri mahasiswanya sendiri. Ketika kelas online mahasiswa kesulitan fokus saat pembelajaran karena faktor kantuk yang dirasakan akibat kelas tanpa bersiap diri (mandi dan sarapan), faktor lingkungan yang tidak kondusif, dan faktor jaringan yang diluar kendali pun menjadi penyebab hilangnya fokus belajar mahasiswa.

Hal yang sering terjadi ketika kelas online adalah diam atau pasif. Kelas hening ketika dosen bertanya “apakah ada materi yang perlu ditanyakan lagi?” dan diam ketika dosen meminta pendapat mahasiswa setelah penyampaian materi berlangsung. 90% dosen mengira, ketika mahasiswanya tidak ada yang mengajukan pertanyaan maka mahasiswanya telah memahami apa yang disampaikan.

Realitanya, tidak semua mahasiswa yang diam paham akan materi yang telah disampaikan. Salah satu penyebab diamnya mahasiswa yang tidak mau bertanya atau berpendapat adalah ‘salah’. Bisa dipastikan kesalahan bisa membuat mahasiswa ragu untuk berpendapat bahkan malu untuk bertanya. Kalimat “Loh, tadikan saya sudah jelaskan!” yang diutarakan dosen membuat mahasiswa enggan untuk bertanya sehingga mereka menghindari untuk mendapatkan kalimat tersebut. Sekalipun diamnya mereka hanya menghasilkan kehampaan maka mereka akan tetap melakukan hal tersebut.

Faktor lain yang membuat mahasiswa enggan aktif adalah pertanyaan atau jawaban teman yang lebih bagus dan berbobot. Sebenarnya, setiap mahasiswa menyimpan pertanyaan dan pendapat di kepalanya, namun tidak tersampaikan karena melihat pertanyaan teman yang dirasa lebih berbobot untuk ditanyakan. Apalagi, ketika pertanyaan tersebut mendapat respon yang baik dari dosen serta pendapat teman yang lebih cocok dengan pertanyaan yang diajukan dosen, semakin membuat beberapa mahasiswa yang kurang percaya diri memilih diam.

Jaringan yang diluar kendali juga menjadi faktor penyebab mahasiswa diam ketika kelas online. Ketika jaringan mereka buruk pada saat dosen menyampaikan materi, meminta pendapat, maupun menawarkan pertanyaan, mereka memilih menyimpan pertanyaan, pendapat, dan jawaban tersebut. Mereka takut ketika mereka menyampaikannya justru akan terpental dari ruang zoom meeting. Mereka enggan bertanya ketika jaringan buruk juga dikarenakan mereka tidak sepenuhnya jelas saat menerima materi dari dosen sehingga mereka ragu untuk bertanya. Pertanyaan “eh nanti kalau aku tanya ini, ternyata sudah dijelaskan,” pasti terlintas dipikiran mahasiswa disaat berada pada situasi jaringan yang tidak stabil.

Kendala dan problem yang terjadi pada mahasiswa belum tentu terpikirkan oleh dosen. Maka dari itu, banyak dosen yang menganggap tidak ada pertanyaan artinya mahasiswanya paham. Tidak bisa dipastikan pula, dosen-dosen memiliki karakter yang sama seperti yang ditakutkan mahasiswa. Karena sejatinya karakter manusia itu berbeda-beda.

Lalu, bagaimana cara membedakan mahasiswa yang diam karena sudah paham dengan mahasiswa yang diam karena memang hampa akan materi yang disampaikan. Bagaimana juga agar kedua belah pihak mampu mengerti dan mengatasi keresahan tersebut?

Yang pertama, mahasiswa harus memahami karakter dosen dan membuang pemikiran serta ketakutan ketika ingin berpendapat ataupun bertanya serta membuang pemikiran bahwa semua dosen akan melontarkan kalimat menakutkan.

Kemudian, jangan takut bertanya ataupun memberi tanggapan karena dalam dunia perkuliahan para dosen pasti akan memberikan soal atau pertanyaan dengan jawaban terbuka. Sebuah pepatah mengatakan “malu bertanya sesat di jalan” maka kita harus berani untuk bertanya apa yang kita belum ketahui bukan yang teman belum ketahui. Ketika kita hanya terfokus pada teman yang lebih dari kita maka kita akan terus mengurungkan apa yang menjadi kebutuhan diri kita sendiri.

Sejauh ini dosen pun sebenarnya sudah mengetahui banyak karakter siswa. Dosen hanya perlu melakukan sesuatu yang mengajak siswanya aktif dan paham tanpa takut salah. Misal, dilakukan quiz secara lisan dan mendadak selepas kelas berlangsung. Quiz jangan hanya diberikan kepada siswa yang aktif atau pandai saja namun merata kepada semua mahasiswa. Setelahnya pasti akan banyak mahasiswa yang lebih fokus pada pembelajaran berikutnya dan ketika kelas akan terpancing untuk menanyakan materi yang telah dosen sampaikan. Dengan ini, dosen pun akan mengetahui bahwa materi yang disampaikan berujung kepahaman atau kehampaan bagi para mahasiswanya.

Cara lain yang dapat memicu kefokusan mahasiswa ketika kelas online yaitu belajar dengan praktik. Praktik di sini adalah mahasiswa harus mengeksekusi secara langsung materi yang telah disampaikan dosen. Dapat dipastikan ketika dosen hanya menyampaikan materi selama full SKS, maka mahasiswa akan bosan dengan situasinya yang berujung mereka akan mematikan kamera dan melakukan kegiatan lainnya.

Ketika praktik secara langsung setelah penyampaian singkat materi itu dilakukan, mahasiswa pasti akan berusaha memahami materi singkat tersebut dengan upaya agar praktiknya tidak akan salah dan gagal. Dosen pun tidak perlu menguras tenaga untuk menjelaskan full materi yang belum tentu didengar oleh mahasiswanya. Namun, melakukan praktik langsung justru lebih efektif untuk melihat pemahaman mahasiswa.

Dosen juga perlu tegas meminta mahasiswa untuk on camera zoom meeting, karena dengan mahasiswa menyalakan kamera, sudah dapat dipastikan mereka akan lebih fokus dan tidak semena-mena melakukan aktivitas lain. Hal ini berlaku juga untuk dosen agar interaksi keduanya menghasilkan feedback yang memuaskan.

(Visited 47 times, 1 visits today)

Join The Discussion