Esai

Apakah Perempuan Tidak Perlu Berpendidikan Tinggi?

“Kelas 12 ya? Lanjut kuliah, kerja, atau menikah?”

“Gak usah tinggi-tinggi, nanti juga cuma di dapur dan ngurus anak”

“Lihat itu teman kamu, cuma lulusan SMA dapat suami TNI dan hidup enak”

Beberapa kalimat yang sudah pasti tidak asing di telinga kita, terutama telinga para perempuan yang sedang beranjak dewasa. Hal tersebut tidak terlepas dengan nilai sosial, budaya, dan lingkungan di sekitar kita. Hampir setiap malam kalimat-kalimat di atas berhasil membuat riuh otak dan berakhir dengan overthinking.

Sebagian orang berpendapat bahwa perempuan sudah matang jika sudah berumur 17 tahun. Pendapat lain juga mengatakan,“Sudah punya KTP, berarti sudah bisa menikah”. Padahal menikah bukanlah perkara punya dan tidak punya KTP. Kartu tersebut hanya menjadi tanda pengakuan pemerintah kepada warganya yang berkependudukan di negara Indonesia.

Meskipun sudah di abad ke-21 namun kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pada perempuan sangat rendah. Faktor lain yang mendorong masyarakat kurang mementingkan pendidikan adalah faktor persepsi terhadap gender. Mereka memiliki stigma buruk terhadap perempuan yang berpendidikan tinggi. Padahal pendidikan bukan soal pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi, di dalam kita menuntut ilmu secara tidak langsung kita sedang memperluas relasi, pengetahuan, dan cara menyerap ilmu pengetahuan yang kita dapatkan untuk dikembangkan dalam kehidupan yang akan datang.

Pada akhirnya seorang perempuan akan menjadi ibu rumah tangga, tetapi bukankah menjadi ibu harus memiliki pengetahuan parenting yang mumpuni bagi anak-anaknya kelak? Dian Sastrowardoyo mengatakan, “Entah akan berkarier atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas”. Lebih dari itu, sebagai perempuan tak perlu lagi khawatir untuk meninggalkan kewajiban sebagai ibu rumah tangga seperti stigma buruk masyarakat yang menghantui perempuan. Karena perempuan terlahir dengan anugerah multitasking yang lebih tinggi daripada kaum adam. Perempuan dapat melakukan dan menyelesaikan banyak kegiatan dengan kedua tangannya dalam kurun waktu yang sama.

Sebagai penerus RA. Kartini hendaknya kita meneruskan harapan beliau yang menginginkan perempuan untuk berpendidikan tinggi agar kita lebih siap dan cakap dalam mengabdikan diri terhadap masyarakat untuk menyongsong bangsa. “Hendaklah menjadi rahmat, menjadi tempat orang banyak berlindung; menjadi pohon yang rindang tempat orang banyak dapat bernaung dari terik matahari”. Artinya menjadi perempuan berpendidikan tinggi memiliki banyak manfaat yang dapat kita petik. Manfaat menjadi perempuan berpendidikan tinggi adalah sebagai berikut.

1. Mengubah mindset hidup

Pendidikan dapat merubah pola pikir seseorang. Seiring berjalannya waktu, pola pikir seseorang dapat membenahi karakter mereka, dari pribadi yang berkarakter kurang baik menjadi pribadi yang berkarakter lebih baik. Sehingga dengan adanya pendidikan mampu merubah mindset hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2. Membantu meningkatkan taraf hidup

Kita akan mendapatkan posisi hidup yang jauh lebih mapan karena tingkat pendidikan kita. Pendidikan membuka wawasan kita menjadi lebih luas sehingga mampu meningkatkan taraf hidup kita. Hal ini dibuktikan dari pasangan yang akan kita miliki nantinya. Pasangan kita setidaknya akan melihat strata sosial dan pendidikan kita untuk mengetahui kualitas yang ada pada diri kita.

3. Pendidikan adalah kunci dari peningkatan kualitas diri

Pada era globalisasi ini pendidikan berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Tinggi dan rendahnya kualitas pendidikan menjadi penyebab dari krisisnya SDM. Lapangan pekerjaan saat ini membutuhkan SDM yang kompeten untuk bekerja sama dalam mewujudkan tujuan utamanya. Melalui pendidikan seseorang mampu mencapai kualitas hidup yang lebih baik dibekali dengan materi, skil, dan nilai-nilai etika yang sudah dipelajarinya. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi menjadi semakin meningkat didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

4. Potensi lapangan kerja yang luas

Pendidikan mampu menempatkan seseorang ke posisi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan tinggi merupakan modal awal untuk memajukan karier yang lebih baik. Contoh kecilnya, siswa lulusan SMK Administrasi Perkantoran dengan mahasiswa lulusan S-1 Administrasi Perkantoran yang bekerja di Perusahaan XYZ tentunya akan berbeda dalam hal kedudukan. Bisa jadi siswa lulusan SMK bekerja menjadi resepsionis dan mahasiswa lulusan S-1 bekerja sebagai asisten manager. Artinya, semakin tinggi seseorang menempuh pendidikan maka semakin luas lapangan kerja yang akan diperoleh.

5. Perempuan akan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya

Pada akhirnya perempuan akan menjadi ibu. Seorang Ibu merupakan sekolah pertama bagi anaknya, guru yang cerdas dan bijak akan mampu mendidik, mengasuh, dan membesarkan anaknya dengan mengikuti perkembangan zaman. Kemuliaan seorang ibu adalah lisannya mampu menjadi doa. Oleh karena itu, menjadi ibu harus memiliki pondasi ilmu pengetahuan yang cakap dan mampu menciptakan generasi-generasi penerus yang gemilang.

Poin pertama hingga kelima merupakan sedikit dari banyaknya manfaat pendidikan tinggi bagi perempuan. Sejatinya perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki; berpendidikan tinggi dan berkarier. Terlebih di era globalisasi seperti saat ini, memiliki wawasan luas dan berpikir kritis adalah sebuah keharusan untuk mencapai tujuan hidup.

Semua perempuan menginginkan dirinya cantik, tapi menjadi cantik karena rupanya saja itu tidak cukup. Menjadi perempuan dituntut dalam segala aspek; harus pandai dalam mengelola keuangan, pandai dalam mengurus keluarga, pandai dalam merawat diri, pandai dalam kehidupan sosial, dan yang paling penting menjadi perempuan harus pandai untuk memilah berita di media sosial.

Fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini, seperti penipuan dana arisan, penyalahgunaan dana umroh atau haji, dan penyebaran berita palsu oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan banyaknya masyarakat terutama golongan ibu-ibu yang cemas dan termakan berita tersebut mentah-mentah. Oleh sebab itu, pondasi ilmu pengetahuan yang ada pada diri masing-masing individu utamanya perempuan diharapkan mampu menyaring informasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan.

Jadi, kunci menjadi perempuan yang cerdas dan sukses adalah pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan seorang perempuan, maka kualitas yang ada pada dirinya semakin tinggi. Dengan berbekal ilmu pengetahuan yang matang tentu akan membuat perempuan lebih siap dan mampu mengarungi berbagai tantangan hidup dan pastinya akan memberikan dampak positif untuk diri sendiri ataupun lingkungan sekitar.

Editor: Rosantika Utami

Sumber file gambar artikel: lapan6online.com

(Visited 164 times, 1 visits today)

Join The Discussion