Esai

Kebutuhanmu Lebih Penting Daripada Keinginanmu

Pernah nggak sih, saat kalian melihat barang bagus, unik, atau lucu, kalian ingin memiliki barang tersebut? Mungkin sebagian besar dari kita sering mengalami hal itu. Hingga tak banyak dari mereka yang rela mengeluarkan uang lebih agar bisa memiliki barang tersebut. Namun, apakah setelah kita memiliki barang tersebut kebutuhan kita sudah tercukupi dengan baik?

Kebutuhan merupakan suatu hal yang dihadapi manusia setiap harinya. Seperti kebutuhan papan, sandang, dan pangan, dengan kebutuhan itu manusia dapat bertahan hidup. Selain kebutuhan itu, hal lainnya hanyalah keinginan manusia belaka yang bisa dijadikan nomor dua. Hidup bukan tentang ingin menuruti keinginan saja karena seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk yang tidak pernah memiliki rasa cukup atas sesuatu. Jika kita selalu menuruti nafsu yang ingin ini dan itu, hal tersebut tidak akan ada habisnya.

 Kehidupan kita bukanlah kehidupan seperti yang ada di kartun Doraemon, yang ingin apa saja bisa terwujud melalui kantong ajaib. Namun, kita hanyalah manusia biasa yang memiliki kapasitas terbatas dalam menuruti keinginan. Di sisi lain, keinginan juga bukanlah suatu hal yang harus terpenuhi, yang tidak juga berdampak signifikan apabila tidak terpenuhi saat itu juga.

“Dahulukan kebutuhan primermu, sebelum kebutuhan sekunder atau tersiermu.”

Seperti kalimat di atas, kebutuhan yang paling penting bagi kita adalah kebutuhan primer atau kebutuhan pokok yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan kita. Seiring perkembangan zaman, semua hal yang sulit sekarang bisa menjadi mudah. Seperti dengan adanya kecanggihan teknologi yang memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Kemudahan itu didapat karena adanya kecanggihan teknologi yang semakin berkembang dan pemikiran manusia yang semakin terbuka terhadap perkembangan teknologi. Namun, pemanfaatan teknologi tersebut membuat manusia sekarang tidak mengetahui batasan mereka. Bagaimana mereka harus mengontrol dan mengendalikan arus teknologi yang semakin canggih ini. Banyak orang yang selalu merasa kurang dengan apa yang dimilikinya, tak banyak pula dari mereka yang rela merogoh kocek untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.

Manusia-manusia modern saat ini selalu ingin hidup dengan kemudahan dan kemewahan, mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal itu dilakukan semata agar mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Agar orang lain memandang mereka sebagai orang yang hebat, kaya, terpandang, keren, dan tidak ada yang bisa menyainginya. Sehingga mereka ingin terus memenuhi nafsu keinginan yang tiada habisnya itu. Apalagi di zaman seperti sekarang ini, media sosial lah yang dijadikan ajang untuk mereka memamerkan kemewahan yang dimilikinya.

Tanpa kita sadari ketika dalam hidup kita terlalu memikirkan keinginan-keinginan yang tidak penting, hal itu hanya akan membuat tekanan dalam hidup dan menambah beban pikiran yang membuat isi kepala semakin rumit. Dalam hidup tidak selamanya kita bisa menuruti apa yang menjadi keinginan kita, dikarenakan tidak selamanya kita menjadi orang yang rodanya selalu di atas. Namun, ada kalanya kita juga berada di atas karena roda itu berputar. Kita harus menyadari bahwa di luar sana masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari kita, yang merelakan hidupnya berjuang demi mendapatkan rupiah. Tak banyak dari kita yang mengeluh ataupun marah saat sesuatu yang kita inginkan tak kunjung kita miliki. Hal itulah yang membuat kita terlalu berambisi dengan keinginan.

Sebenarnya dengan adanya keinginan yang positif juga ada manfaat bagi manusia, yaitu mereka memiliki ambisi bekerja keras berusaha demi mendapatkan keinginan mereka. Namun di sisi lain, ambisi mereka melakukan usaha demi keinginan yang tidak penting hanya saat mereka ada keinginan saja. Selain itu, mereka memilih hal instan demi menuruti kemalasannya.

Sebagai manusia, kita harus pandai dalam membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan agar apa yang menjadi prioritas kita bisa terpenuhi. Tidak semua keinginan harus kita dapatkan, oleh karena itu belajar bersyukur itu penting dalam segala keadaan. Dengan bersyukur menjadikan kita tahu arti dari kehidupan sebenarnya, dengan bersyukur hidup kita akan terasa lebih tenang. Karena kita tidak memiliki perasaan atau pikiran yang membuat diri kita semakin ditekan oleh perasaan iri dan dengki.

Seperti yang kita ketahui, perasaan iri dan dengki merupakan penyakit hati yang dapat menyiksa diri. Oleh sebab itu, kita akan lebih mulia apabila kita bahagia melihat orang lain bahagia. Walaupun kebahagiaan itu belum berpihak kepada kita. Bersyukur mampu menyadarkan diri untuk mampu mencukupi apa yang kita miliki tanpa perasaan kekurangan. Dengan mensyukuri apa yang kita punya pula hidup kita akan jauh lebih bahagia. Selalu tanamkan prinsip ini dalam hidup, “Materi itu tanpa batas, tetapi syukurlah yang membatasi bahwa ukuran materi bukan patokan hidup.”

Selain bersyukur, kita juga tidak perlu memaksa diri untuk terlihat menonjol daripada yang lain. Keinginan sering kali muncul karena adanya hasrat untuk dipuji agar bisa terlihat lebih unggul dan keren di mata manusia. Upaya apa pun mereka lakukan agar apa yang mereka inginkan itu tercapai, walaupun tak banyak dari mereka setelah keinginannya didapatkan ada yang kecewa atau merasa susah sendiri. Misalnya membeli barang-barang mewah yang harganya mahal, tapi untuk biaya perawatan barang itu saja masih bingung uang dari mana. Maka dari itulah, hidup seadanya saja karena yang muluk-muluk di depan akan sama saja jika menyusahkan di belakang.

Tak lupa pula sadar akan kondisi juga diperlukan, dalam permasalahan kebutuhan lebih penting daripada keinginan. Sadar akan kondisi di sini berarti kita harus menyadari kondisi yang kita jalani sekarang. Jika kita terus memaksa diri untuk menuruti apa yang menjadi keinginan kita dan tidak menyadari kondisi kita bagaimana, hal itu hanya akan menimbulkan dampak negatif dari dalam diri kita. Mengingat bahwa sesuatu yang boros dan berlebihan itu tidak baik, maka dari itu sangat penting sekali bagi kita untuk membuat skala prioritas, mana yang lebih dibutuhkan daripada yang diinginkan. Karena keinginan dan kebutuhan harus diimbangi dengan kesanggupan, bukan memaksakan kemampuan.

Jangan mau diperbudak gengsi, apalagi hanya ingin terlihat mampu.

Editor: Nila Prihartanti

(Visited 21 times, 1 visits today)

Join The Discussion