Article

Tradisi Brokohan di Desa Petarukan

Narasi Budaya – Tradisi Brokohan adalah sebuah tradisi yang umum dilakukan di Indonesia sebagai ungkapan syukur atas kelahiran seorang bayi dan juga untuk memohon berkah dan keselamatan bagi bayi tersebut. Tradisi ini biasanya melibatkan keluarga besar, tetangga, dan kerabat dekat yang berkumpul bersama untuk merayakan kelahiran bayi. Untuk mengharap berkah dari Tuhan dan yang mengajarkan kita untuk selalu mengingat Allah Swt bahwa kita sebagai manusia yang telah dilahirkan di dunia harus senantiasa bersyukur atas karunia-Nya. Dengan tujuan atas keselamatan bayi yang baru saja lahir dan juga untuk perlindungan bagi bayi dengan harapan bayi tersebut berkembang menjadi anak yang senantiasa memberikan kebaikan bagi keluarganya. Kebudayaan ini harus selalu dilestarikan supaya anak cucu kita nanti dapat merasakan dan menerapkan kelak nanti.

Seperti halnya selama slametan tradisi brokohan di desa Petarukan Jawa Tengah ini dengan membagikan masakan kepada masyarakat sekeliling. Biasanya masakan tersebut menggunakan tempat dengan daun pisang atau sterofoam atau tempat plastik yang berisikan makanan khas Indonesia seperti nasi, urap, tahu, tempe, ikan asin, telur, ayam goreng, sayur-sayuran, dan hidangan lainnya disajikan kepada tamu sebagai simbol kelimpahan dan keberkahan. Sebelum makan, biasanya ada pembacaan doa atau dzikir untuk memohon berkah dan keselamatan bagi bayi. Selain itu, ada pula adat-istiadat khusus yang dilakukan, seperti memandikan bayi dengan air yang diberkati, memberikan nama pada bayi, dan memberikan hadiah kepada bayi. Jadi dengan adanya slametan brokohan ini kita bisa mempererat lagi tali silaturahmi antar masyarakat sekitar dan juga berbagi rasa kebahagiaan juga untuk orang lain agar merasakan apa yang sedang di alami oleh pasangan suami istri yang di beri hadiah yang sangat besar oleh Allah Swt. Cukup dengan acara yang sederhana semua orang bisa turut dalam rasa syukur atas nikmat-Nya. Namun, penting untuk dicatat bahwa tradisi ini dapat bervariasi di berbagai daerah di Indonesia, dan setiap keluarga atau komunitas mungkin memiliki praktik yang sedikit berbeda.

Editor: Muhammad Aditya Wisnu Wardana

(Visited 14 times, 1 visits today)

Join The Discussion