Article

Tantangan Menjadi Mahasiswa “Nglaju”

Narasi Budaya – Pada masa perkuliahan, kebanyakan mahasiswa memilih untuk tinggal di kos-kosan sebagai tempat tinggal mereka. Namun, ada juga sekelompok mahasiswa yang memilih untuk tidak ngekos dan memilih tinggal di rumah bersama keluarga. Selama menjadi mahasiswa yang tidak tinggal di kosan, perjalanan pulang pergi menjadi rutinitas harian untuk saya sebagai mahasiswa yang nglaju. Sebelumnya apa sih nglaju itu?. Nglaju merupakan bahasa Jawa dari pulang-pergi atau perjalanan ke suatu tempat di pagi hari dan pulang sore bahkan mungkin sampai malam hari.

Salah satu tantangan utama bagii mahasiswa nglaju adalah waktu dan perjalanan. Memiliki jadwal kuliah yang padat dan harus melakukan perjalanan setiap hari dapat memakan waktu dan energi. Kemacetan lalu lintas, transportasi umum yang tidak teratur, atau jarak yang jauh antara tempat tinggal dan kampus dapat menjadi faktor penentu yang mempengaruhi kesiapan dan konsentrasi saat kuliah. Selain itu, mahasiswa nglaju mungkin merasa kurang terlibat dalam kegiatan kampus di luar jam kuliah karena harus segera pulang.

Meskipun hanya terlihat sederhana, tetapi nglaju terdapat banyak suka dan duka selama saya menjadi mahasiswa. Mahasiswa yang nglaju harus mempunyai mental dan fisik yang kuat. Waktu, tenaga dan juga pikiran akan banyak terkuras.

Jarak tempuh yang jauh membuat mahasiswa yang nglaju harus lebih awal untuk bangun pagi. Jika jarak kekampus setengah jam, maka mereka harus berangkat setengah jam lebih awal sebelum masuk kelas agar tidak terlambat dan bisa istirahat sebentar. Hal yang dikhawatirkan jika bangunnya kesiangan, pastinya akan membawa motor dengan kecepatan penuh. Semua yang ada di depan akan diterjang seolah-olah seperti pembalap profesional.

Terlebih lagi jika sudah sampai kampus, tetapi dosen mengabari kalau kelas hari ini tidak jadi/ kosong, rasanya seperti di php-in doi, sakit tapi tak berdarah. Sudah rugi tenaga rugi bensin pula. Disinilah teman yang ngekos dapat diandalkan karena kalau langsung balik ke rumah rasanya tidak worth it, maka dari itu sebagai mahasiswa yang nglaju wajib hukumnya memiliki teman yang ngekos, hehehe.

Selalin itu, jika dalam satu hari hanya terdapat satu mata kuliah dan itu kelas offline, rasanya berat banget buat berangkat ke kampus. Mager rasanya apalagi jika itu jam siang, ketika matahari sedang terik-teriknya sampai bisa menembus kulit. Inginnya sih bolos, tapi kasihan orang tua sudah bekerja keras untuk membiayai kuliah.

Mahasiswa yang ngaju akan lebih kelihatan capeknya dari pada mahasiswa yang ngekos. Setelah sampai kampus bukannya semangat malah terlihat lemas karena sudah terkuras tenaganya saat diperjalanannya. Apalagi yang belum sempat sarapan di rumah, pasti dipikirannya hanya ada “makan apa ya setelah ini”. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa tidak bisa fokus mengikuti pembelajaran dan alhasil kegiatan akademik bisa bermasalah.

Menyiapkan fisik yang kuat juga harus diperlukan oleh mahasiswa nglaju. Hujan, panas, dan juga polusi udara harus siap mereka hadapi. Ketika berangkat sedang turun hujan, mau tidak mau harus diterjang supaya tidak ketinggalan kuliah. Mereka yang menggunakan motor harus siap sedia mantel untuk melindungi dari hujan.

Sebagai mahasiswa jompo, koyo adalah solusi jika tubuh terasa pegal setelah pulang kuliah. Tidak lupa juga minyak angin yang berguna ketika pusing sedang melanda. Jompo di sini bukan berarti sudah tua, melainkan mahasiswa yang mempunyai fisik cepat lelah dan merasa pegal-pegal setelah aktivitas sepanjang hari. Sama seperti saya, hahaha.

Hal yang ditakutkan adalah jika ada kegiatan seperti kerja kelompok, rapat organisasi, dan lainnya yang mengharuskan pulang malam. Harus siap-siap mental jika melewati jalan gelap dan sepi, takutnya jika ada orang yang lebih menakutkan dari pada setan. Kalau setan dibacain ayat kursi bisa hilang kalau orang mana mungkin bisa.

Sebagai anak yang strict parents, pulang malam menjadi hal paling dihindari sebisa mungkin. Apalagi jika lupa mengabari orang tua kalau pulang malam, mereka akan menelepon menyuruh pulang secepatnya. Kegiatan organisasi menjadi alasan tersering yang saya gunakan sebagai alasan pulang malam.

Menjadi mahasiswa nglaju pastinya ada sukanya, tetapi menurut saya lebih banyak dukanya. Sukanya menjadi mahasiswa nglaju menurut saya dalam pembiayaan yang lebih sedikit dibanding dengan anak kos. Mahasiswa yang nglaju juga bisa bertemu keluarga setiap harinya, tidak perlu masak karena makanan sudah terhidang dimeja makan oleh ibu. Dalam keseluruhan mahasiswa nglaju memiliki suka dan dukanya tersendiri, yang terpenting adalah kita harus pintar-pintar dalam mengatasi tantangan yang ada. Agar dapat mengoptimalkan pengalaman kampus, mahasiswa nglaju dapat menerapkan beberapa strategi yang efektif. Pertama, mereka perlu mengelola waktu dengan baik dan membuat jadwal yang teratur. Menggunakan transportasi yang efisien dan memanfaatkan teknologi, seperti penggunaan aplikasi transportasi online. Selain itu, mahasiswa nglaju dapat mencari ruang belajar alternatif, seperti perpustakaan umum atau ruang studi di kampus, untuk memastikan mereka memiliki lingkungan yang kondusif untuk belajar.

Editor: Muhammad Aditya Wisnu Wardana

(Visited 24 times, 1 visits today)

Join The Discussion