Anekdot

Tragedi Saat Upacara

Senin pagi, seperti biasa Jon Koplo berangkat sekolah lebih awal. SMA-nya rutin mengadakan upacara bendera setiap hari Senin. Karena jarak rumah Koplo ke sekolah 13 kilometer, ia harus  berangkat dari rumah pukul 6 pagi agar tidak terlambat. Ia memutuskan untuk naik bus karena tidak tahan dengan rasa kantuknya apabila harus naik sepeda motor.  Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya bus sampai di depan SMA Koplo.

“Wes tekan, Le.” teriak kondektur pada Koplo.

Koplo yang tidur di bus langsung terbangun dan turun dari bus dengan nyawa yang seperti belum terkumpul semua. Dengan langkah lemas, Koplo jalan menuju ke lapangan karena sudah ada pengumuman upacara akan dimulai. Para siswa telah berbaris rapi siap mengikuti upacara bendera, sementara Koplo jongkok di barisan paling belakang dan menenggelamkan kepalanya di antara tangan dan kaki. Pak Tom Gembus memergoki Koplo tidak tertib mengikuti upacara.

“Jon Koplo!” teriak pak Tom Gembus pada Koplo melalui microphone. Koplo masih terdiam dengan posisi yang sama. 

“Jon Koplo, tolong berdiri! ikuti upacara dengan tertib!” teriak pak Tom Gembus lagi. Kali ini pak 

Tom Gembus sudah tidak sabar lagi karena Koplo tidak segera berdiri juga. Akhirnya pak Tom Gembus memutuskan untuk turun panggung dan mendatangi Koplo. 

“Jon Koplo, cepat berdiri atau saya hukum!” kata pak Tom Gembus dengan nada tinggi di depan Koplo.

“Berisiiikk!” tiba-tiba Koplo berteriak,.

Mata pak Tom Gembus langsung membulat tidak percaya dengan teriakan Koplo tadi.

“Kamu tidak sopan sekali, Jon Koplo! Cepat berdiri di depan lapangan!” kata pak Tom Gembus murka.

Pak Tom Gembus memutuskan untuk menarik tangan Koplo agar segera berdiri. Koplo terkejut karena tangannya yang digunakan untuk menopang kepala tiba-tiba ditarik. Koplo menengadah melihat pak Tom Gembus dan memandang sekitar. Koplo yang masih setengah sadar bingung melihat keadaan saat ini. Tiba-tiba pak Tom Gembus dan semua siswa tertawa terbahak-bahak.  

Ini pada ngapain sih, kok ngguyu kabeh,” gumam Koplo dalam hati. 

“Maaf, Pak.” kata Koplo sambil membenahi pakaiannya yang kurang rapi. Teman-teman yang masih memandangi Koplo tambah tertawa melihat Koplo. 

“Ternyata kamu tidur dan mengigau,” kata pak Tom Gembus sambil menahan tawa. 

“Segera ke kamar mandi!” lanjut pak Tom Gembus. 

“Kenapa ke kamar mandi, Pak? saya bisa ikut upacara sekarang.” kata Koplo dengan rasa percaya dirinya. 

“Ilermu kui lho, Plo!” kata pak Tom Gembus disambut tawa semua orang di lapangan. Koplo bergegas berlari ke kamar mandi dengan rasa malunya. 

Penulis: Zanida Zulfana Kusnasari

(Visited 16 times, 1 visits today)

Join The Discussion