Kuliner

Enthung Jambu, Kuliner Ekstrem Jadi Pesona Tersendiri

Seiring dengan permintaan pasar dan sebagai upaya pelestarian makanan tradisional kini mulai banyak jenis-jenis makanan lawas yang disajikan di pasar tradisional. Salah satunya  adalah kuliner khas Wonogiri, enthung yang merupakan sebutan untuk kepompong ulat jambu.  Enthung jambu, Ada pula yang menyebutnya “ungker”. Merupakan kepompong dari ulat daun  jambu mete. Enthung berada dalam fase kepompong dalam proses perkembangan kupu-kupu.  Entung yang menggantung di pohon jambu dapat menganggu pertumbuhan buah karena  menyerap sari-sari makanan yang dibawa oleh pohon. 

Sumber pangan yang berasal dari kepompong ulat kadang sangat aneh, ektrim, dan  menjijikkan untuk dikonsumsi oleh manusia. Akan tetapi serangga-serangga tersebut  sebenarnya mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.  Serangga adalah salah satu sumber pangan yang biasanya dikonsumsi dan memiliki kandungan  yang tinggi. 

Biasanya serangga dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizinya yang begitu  besar. Kandungan protein dalam serangga ada sekitar 40-50 persen dan lemak sekitar 10-15  persen. Serangga pada umumnya sebelum dimasak atau disangrai akan dihilangkan kulit  kerasnya yang terbuat dari zat kitin. Serangga yang dapat dikonsumsi pada umumnya sedang  dalam fase larva, kepompong, dan juga imago. Serangga yang dijadikan sumber pangan tidak  sebenarnya tersedia setiap saat tetapi ada waktu-waktu tertentu banyak ditemukan serangga.  Telah terbukti pengkonsumsian serangga ternyata dapat meningkatkan gizi masyarakat sehingga tidak jarang banyak peneliti atau masyarakat tertentu tertarik memanfaatkannya  sebagai sumber pangan. 

Kandungan gizi serangga biasanya berupa protein, karbohidrat, vitamin, mineral, air,  dan lemak. Masih banyak lagi kandungan serangga yang lainnya yang perlu adanya penelitian  lebih lanjut. Kandungan protein yang tinggi banyak dijadikan alasan seseorang untuk membuat  makanan dari serangga tersebut. 

Tujuan awal dari konsumsi Enthung sebenarnya karena usaha petani yang beberapa  kali gagal karena hama Enthung, lantas awalnya digunakan untuk pakan hewan, dan karena  aman untuk hewan lantas dikembangkan untuk bisa menjadi makanan bagi manusa” 

Selain hal itu ada juga faktor kultural dimana enthung telah lama dikonsumsi karena  apabila tidak dikonsumsi akan merusak keadaan pohon dan buah jambu mete. Selain itu dari  sisi religius akan ditemukan sebuah kesimpulan bahwasannya segala hal yang diciptakan oleh  tuhan tidak pernah sia-sia.

(Visited 109 times, 1 visits today)

Join The Discussion