Esai

Refleksi Pendidikan di Indonesia: Menyoal Kurikulum Prototipe

Perubahan kurikulum memang bukanlah hal yang baru pertama kali terjadi. Namun, berbeda halnya dengan kemunculan opsi kurikulum prototipe yang akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024.  Lantas, apa yang mengakibatkan kurikulum ini banyak menuai pro kontra?

Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita berkenalan dengan apa itu kurikulum prototipe! Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan untuk mendukung pemulihan pembelajaran di masa pandemi.

Hakikatnya, kurikulum prototipe merupakan kurikulum lanjutan dari kurikulum darurat yang telah diluncurkan pada Agustus 2020 silam. Lebih lanjut, peruntukkan kurikulum prototipe juga dimaksudkan untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Nantinya, pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum prototipe akan berbasis Project Based Learning (PBL).

Tak seperti kurikulum 2013, ada sedikit perbedaan dari segi penerapan kurikulum prototipe. Perbedaan tersebut terletak pada diberlakukannya kurikulum prototipe secara terbatas dan bertahap melalui program Sekolah Penggerak. Rencananya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mulai mengimplementasikan kurikulum prototipe pada tahun 2022. Namun, satuan pendidikan yang tidak termasuk ke dalam Sekolah Penggerak juga diberikan opsi untuk dapat menerapkan kurikulum prototipe.

Krisis Belajar di Indonesia

Tak dapat dipungkiri bahwa kita telah lama mengalami krisis belajar yang cukup lama. Ini ditunjukkan dengan banyak siswa di Indonesia yang tidak mampu memahami dasar berpikir, sebut saja fundamental thinking skill. Selain itu, terdapat juga kesenjangan antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Ironisnya, hal ini diperparah semenjak hadirnya pandemi Covid-19.

Tentu, untuk mengatasi krisis belajar perlu melakukan perubahan yang sistemik. Namun, hal mendasar yang pertama kali harus dilakukan ialah pengembangan kurikulum karena kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang digunakan.

Kurikulum menjadi penentu materi yang akan diajarkan di kelas serta berpengaruh pada metode mengajar yang digunakan tenaga pendidik. Sayangnya, kurikulum yang telah diberlakukan hanya menuntut pendidik untuk melakukan kejar tayang materi. Kurikulum sebelumnya juga tak bisa berfokus mendorong sebagian besar pendidik pada tumbuh kembang karakter dan kompetensi murid. Menanggapi hal tersebut, Kemendikbudristek mengembangkan kurikulum prototipe sebagai upaya memulihkan pembelajaran dari krisis belajar yang ada.

Apakah Pergantian Kurikulum 2013 Menjadi Kurikulum Prototipe Terlalu Cepat?

Ketika menilai suatu kurikulum, perlu dibedakan antara kerangka kurikulum nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang digunakan pendidik untuk merancang pembelajaran. Akan tetapi, kurikulum prototipe masuk ke dalam kurikulum nasional. Dengan demikian, peluncuran kurikulum prototipe difungsikan untuk pendidik dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan. Namun, para pakar menilai pergantian kurikulum menjadi kurikulum prototipe tidaklah terlalu cepat karena kurikulum prototipe baru akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024. Dengan kata lain, pergantian berikutnya baru akan terjadi setelah kurikulum yang sebelumnya (K-13) diterapkan 11 tahun dan ini waktu yang cukup untuk menetapkan pergantian kurikulum.

Kurikulum prototipe diperuntukkan sebagai ruang inovasi untuk perancangan serta pembaruan kurikulum satuan pendidikan yang lebih disesuaikan dengan karakteristik siswa serta perkembangan isu kontemporer.

Mengapa Penerapan Kurikulum Prototipe Dijadikan Opsi?

Kebijakan menjadikan kurikulum prototipe sebagai opsi, yaitu untuk menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah dalam pengimplementasian kurikulum prototipe sebagai kurikulum nasional ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolahnya. Hal tersebut dikarenakan Kemendikbudristek melihat setiap sekolah memiliki kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Maka, sekolah diberikan kebebasan menerapkan kurikulum mana yang cocok untuk mereka.

Kebebasan penerapan kurikulum bagi sekolah merupakan penegasan bahwa sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan sekolahnya. Mengingat sifat kurikulum prototipe yang hanya sebagai kerangka, maka sudah seharusnya sekolah tak menerima mentah-mentah. Mereka harus melakukan pengembangan dari kerangka tersebut. Selain itu, pemberlakuan secara bertahap juga dikarenakan penerapan sebuah kurikulum pastinya menuntut adaptasi. Oleh karena itu, sekolah diminta untuk mulai secara “perlahan” dalam pengimplementasian kurikulum prototipe.

Prinsip Kurikulum Prototipe

Prinsip mendasar dalam penyusunan kurikulum prototipe.

  1. Berbasis kompetensi, bukan konten.
  2. Orientasi pendidikan yang holistik. Tak hanya menegaskan pada kemampuan akademik, tapi juga kompetensi dan karakter siswanya.
  3. Kurikulum prototipe memberi porsi waktu khusus bagi pembelajaran berbasis projek.
  4. Penyusunan kurikulum dikontekstualisasi berdasarkan visi misi sekolah dan kebutuhan siswa.

Kriteria Sekolah yang Menerapkan Kurikulum Prototipe

Kriteria sekolah yang dimaksud yakni sekolah yang berminat menerapkan kurikulum prototipe untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolahnya. Kepala sekolah yang ingin menerapkan kurikulum prototipe akan diminta untuk mempelajari materi kurikulum prototipe yang telah disusun oleh Kemendikbudristek terlebih dahulu. Jika setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk mencoba, mereka akan diminta mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei. Kemendikbudristek hanya melakukan pemetaan tingkat kesiapan sekolah dan menyiapkan bantuan sesuai kebutuhan.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwasanya ada kesenjangan dalam mutu sekolah kita. Karena itu, Kemendikbudristek telah menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah ketika mendaftar. Skema tersebut membagi sekolah yang sudah terbiasa dalam mengadaptasi kerangka kurikulum dengan sekolah yang belum.

Bagi sekolah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan disarankan untuk mengadopsi kurikulum prototipe secara penuh. Adapun, bagi sekolah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba menerapkan secara parsial sembari mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari kurikulum prototipe.

Informasi lebih lanjut mengenai kurikulum prtotipe dapat diakses melalui https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/programsekolahpenggerak/unduhan/. Adapun terkait buku teks kurikulum prototipe dapat diakses mealui https://buku.kemdikbud.go.id/buku-sekolah-penggerak.

Terakhir, meskipun Kemendikbudristek melakukan pengurangan materi kita tak perlu merasa khawatir karena pengurangan materi memang konsekuensi dari merancang kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada kompetensi dan karakter siswa. Lebih lanjut, jam pelajaran dalam kurikulum prototipe tidak lagi diikat per minggu, melainkan per tahun. Ini memungkinkan sekolah untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel. Selain itu, capaian belajar dilakukan setiap fase (2-3 tahun). Hal ini memungkinkan variasi kecepatan dan sekuen pembelajaran antar sekolah serta dapat mendorong pendidik untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Kesimpulan

Pembentukan kurikulum prototipe harapannya mampu mendorong sebagian besar pendidik untuk berfokus pada tumbuh kembang karakter dan kompetensi murid. Kurikulum yang baik tidak memaksa pendidik untuk memberikan kejar tayang materi, melainkan mendorong mereka untuk lebih memperhatikan kemajuan belajar muridnya.

(Visited 482 times, 1 visits today)

Join The Discussion