Esai

Budaya Senioritas Masih Menjadi Eskalasi Saat Ini

Senioritas masih kerap terjadi hingga saat ini bahkan sudah mandarah daging, baik di lingkup keluarga, pendidikan, pekerjaan, maupun masyarakat. Kenapa disebut budaya? Karena senioritas biasanya bersifat turun-temurun. Artinya, jika dari awal terdapat embel-embel “senior” dan “junior” maka akan berlanjut ke generasi selanjutnya.

Apa sih senioritas itu? Menurut KBBI, senioritas adalah keadaan yang lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia.

Seorang senior sering dianggap bahwa mereka sudah mempunyai banyak pengalaman mengenai pahit manisnya kehidupan. Itulah mengapa senior beranggapan merasa dirinya harus dihormati dan kerap kali bersikap angkuh sehingga bisa bertindak sewenang-wenang terhadap junior atau seseorang yang dirasa dibawah mereka.

Kalian pasti tidak asing lagi mendengar kalimat, “senior tidak pernah salah. Jika senior salah, kembali ke opsi pertama”. Kalimat tersebut bisa kita temui saat kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Orientasi Studi Pengenalan Kampus (OSPEK) yang diadakan di lingkup pendidikan dimana pelaksananya, yaitu para kakak kelas/kakak tingkat yang tergabung dalam suatu organisasi. Kegiatan tersebut sangat menjunjung tinggi senioritas, bahkan mereka (senior) dengan sengaja menakut-nakuti para peserta orientasi agar patuh kepada setiap apa yang diperintahkan. Entah tujuannya untuk kedisiplinan atau hanya kesenangan.

Apakah kegiatan orientasi tersebut bermanfaat atau malah berdampak buruk? Memang kegiatan tersebut yang mungkin memiliki maksud bercanda, tidak ada niatan untuk menakut-nakuti, sewenang-wenang, dan lain sebagainya. Namun, faktanya banyak kasus yang telah terjadi dimana korbannya adalah siswa-siswi junior.

Contoh kasus yang marak terjadi yaitu, kakak kelas melakukan bullying terhadap adik kelasnya. Kekerasan yang diterima akibat bullying yaitu fisik dan mental yang bisa berujung depresi bahkan kematian. Faktor-faktor seperti itulah yang menyebabkan beberapa siswa (junior) menghindar, bahkan ada yang sampai tidak masuk sekolah karena takut.

Dari kasus diatas, senioritas dapat memicu kebencian dari adik kelas dan menumbuhkan sikap balas dendam. Tidak, bukan kepada senior, melainkan ke calon adik kelas selanjutnya, karena mindset mereka “adik kelas saya juga harus merasakan apa yang saya rasakan” dan itu akan terus turun-temurun ke generasi selanjutnya layaknya budaya yang sudah menjadi kebiasaan.

Tak hanya di ranah pendidikan saja, di keluarga dan kantor juga demikian. Seorang kakak yang selalu memarahi adiknya dalam hal kecil sekalipun dan rekan kerja senior yang tidak mau tersaingi oleh junior. Walaupun tidak semua seperti itu, pasti ada yang benar-benar saling mengayomi, menyadari bahwa senior bisa menjadi teladan yang baik untuk di contoh juniornya.

Oleh karena itu, perlu kita ketahui bagaimana cara menyikapi budaya senioritas. Berikut adalah cara yang bisa kalian lakukan untuk menyikapi budaya senioritas.

  1. Menjalin hubungan baik dengan senior. Jangan menganggap senior sebagai seseorang yang ditakuti bahkan musuh. Anggaplah sebagai seseorang yang mampu memberi kita ilmu berupa pengalaman yang belum kita punya. Ajaklah untuk berkenalan dan berdiskusi tentang berbagai hal serta membangun hubungan yang baik. Maka, bayangan tentang senioritas bukan menjadi sesuatu yang dikhawatirkan.
  • Bersikap tegas dan jangan takut. Seringkali dimata senior, junior dianggap lemah dan tidak tahu apa-apa. Senior bisa saja melakukan apa yang mereka inginkan kepada junior karena merasa lebih berkuasa. Maka dari itu, para junior harus bersikap tegas dan jangan merasa takut jika senior melakukan hal yang salah, dengan membenarkan dan memberitahukan secara baik-baik apabila perbuatan mereka itu kurang benar.  Karena jika tidak bertindak, mereka para junior akan selalu ditindas.
  • Jangan mudah terbawa emosi. “Memangnya siapa sih, yang gak kesel kalau diperlakukan semena-mena?”. Gak bener tapi juga gak salah. Namun, jika kita langsung terbawa suasana apalagi sampai emosi, itu akan memperburuk keadaan. Kalian bisa berpikir positif dimana senior melakukan hal tersebut agar para juniornya mempersiapkan mental untuk kedepannya yang mungkin akan jauh lebih berat. Kita ambil dari sisi baiknya saja.
  • Tunjukkan kemampuan. Jangan sungkan untuk menunjukkan kemampuan dan kualitas diri sendiri. Itu yang akan membuat senior tidak lagi menganggap remeh kalian para junior. Jika terjadi persaingan, makan bersainglah secara sehat.

Banyak sisi positif yang dapat kita lihat dari senioritas. Junior merasa terbantu untuk beradaptasi di lingkungan baru, karena biasanya seorang senior sudah memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman. Bisa saling sharing tentang pengalaman yang mereka miliki. Senior berhak untuk menasehati dan mendisiplinkan junior yang tidak taat aturan dengan cara yang benar.

Untuk para senior yang umumnya lebih berpengalaman, seharusnya bisa mengayomi, bersikap adil dalam membimbing juniornya. Bukan malah semaunya sendiri dan merasa paling tahu segala hal sehingga bersikap sewenang-wenang sampai menjatuhkan. Itu yang akan menjadi momok tersendiri, bukan untuk disegani tapi malah ditakuti bahkan dibenci oleh junior.

Para junior juga harus tetap menghormati. Paham posisi sebagai yang muda, dimana attitude harus dijunjung tinggi apalagi saat berhadapan dengan seseorang yang jauh diatas mereka seperti senior atau petinggi ditempat yang mereka tempati.

So, bagi kalian yang junior, ketika dihadapkan dengan situasi diatas, hadapi dengan tenang dan bijak. Jangan sampai memperburuk keadaan yang malah nantinya akan di cap buruk. Begitu juga sebaliknya, para senior harus memberikan perilaku positif dimana akan menjadi contoh bagi junior-juniornya. Karena pada dasarnya, menyayangi orang yang lebih muda dan menghormati orang yang lebih tua. Intinya, harus saling menghormati dan menghargai sesama makhluk hidup dimanapun kalian berada, entah itu di lingkup keluarga, pendidikan, pekerjaan, maupun masyarakat.

Ingatlah, “jika ingin dihargai, maka hargailah orang lain terlebih dahulu”

Editor: Rosantika Utami

(Visited 405 times, 1 visits today)

Join The Discussion