Narasi Budaya – Sastra menjadi wadah penuangan ide dan pemikiran pengarangnya. Berkaitan hal tersebut, definisi karya sastra adalah bentuk perspektif pengarang terhadap realita yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Suatu karya sastra diungkapkan dan dituangkan melalui susunan kata-kata yang indah dan tentunya mampu memengaruhi pembacanya.
Salah satu alasan adanya penciptaan karya sastra adalah sebagai sarana hiburan yang di dalamnya mengandung berbagai pesan atau amanat dari pengarang yang hendak disampaikan kepada pembaca. Tentu dalam hal ini, tidak lain dan tidak lepas dari pengalaman seorang pengarang dan berbagai cerita yang berasal dari orang lain. Berkaitan hal tersebut, pengarang berusaha untuk meluapkan cerita imajinasinya melalui sebuah karya sastra agar masyarakat pembaca mampu terbawa dan menikmati karya sastra tersebut.
Karya sastra merupakan ungkapan atau curahan yang berasal dari penulis atau pengarang yang diungkapkan melalui tulisan atau sebuah karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur keindahan. Salah satu contoh dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi bahasa dan bunyi yang di dalamnya diekspresikan melalui unsur pengalaman, imajinatif, emosional, dan intelektual dari penulisnya.
Selanjutnya, artikel ini akan berfokus pada salah satu puisi karya Chairil Anwar dengan judul “Kepada Peminta-minta”. Guna mengetahui makna dari sebuah puisi diperlukan analisis secara mendalam terkait makna dari setiap bait pada puisi. Berkaitan dengan hal tersebut, Mahdar., dkk (2018) menegaskan bahwa secara sederhana analisis puisi dapat dilakukan melalui analisis struktural.
Analisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, mendeskripsikan, fungsi serta hubungan antarunsur pembangun suatu karya sastra. Tahapan awal yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan setiap unsur pembangunnya. Pada artikel ini berfokus pada salah satu unsur pembangun, yakni amanat atau makna yang terkandung dalam puisi. Berikut penjelasannya:
Bait Pertama
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Makna: pada bait pertama mengandung makna bahwa tokoh aku merasa kurang mengikhlaskan terhadap apa yang telah diberikan kepada pengemis. Selain itu, tokoh aku juga merasa terganggu disebabkan pengemis secara terus menerus memandanginya. Tokoh aku juga memiliki anggapan bahwa kurangnya persetujuan terkait cara yang dilakukan si pengemis dalam mencari nafkah.
Bait Kedua
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga
Makna: pada bait kedua mengandung makna bahwa tokoh aku kurang begitu suka terhadap perilaku si pengemis. Hal ini dikarenakan pada saat mengemis si pengemis selalu memasang muka yang susah agar ia mendapatkan uang dari tokoh aku.
Bait Ketiga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengeerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Makna: pada bait ketiga mengandung makna bahwa si pengemis selalu kasih sayang di setiap kehidupan yang dijalaninya. Kemudian, si pengemis juga selalu mengedepankan perasaan iba di setiap pandangannya, selalu menangis dimanapun dan kapanpun, serta selalu tidur sembarangan.
Bait Keempat
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Makna: pada bait keempat mengandung makna bahwa tokoh aku selalu kepikiran terhadap perilaku pengemis. Ia juga ingin mengatakan kepada si pengemis bahwa pekerjaan dia (meminta-minta) merupakan pekerjaan yang kurang begitu baik, masih banyak pekerjaan yang baik selain harus meminta-minta (mengemis).
Bait Kelima
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Makna: pada bait kelima mengandung makna bahwa tokoh aku merasa kurang mengikhlaskan terhadap apa yang telah diberikan kepada pengemis. Selain itu, tokoh aku juga merasa terganggu disebabkan pengemis secara terus menerus memandanginya. Tokoh aku juga memiliki anggapan bahwa kurangnya persetujuan terkait cara yang dilakukan si pengemis dalam mencari nafkah.
Penjelasan di atas memberikan maksud bahwa makna dalam puisi memberikan peranan penting dalam puisi. Hal tersebut tercermin dari setiap bait yang memiliki kandungan makna berbeda-beda. Keseluruhan makna yang terkandung dalam puisi “Kepada Peminta-minta” karya Chairil Anwar memberikan suatu amanat bahwa tokoh aku (pengarang) menggambarkan kenyataan tentang kehidupan orang miskin. Hal ini berhubungan dengan cara orang miskin mampu memperoleh uang dengan cara mengemis. Tentu dalam hal ini, perbuatan tersebut kurang begitu disetujui oleh banyak kalangan. Terkait hal tersebut, sebagai makhluk hidup yang berakal, sudah sepantasnya untuk berperilaku atau bersikap selayaknya kamu ingin diperlakukan.
Editor: Nila Prihartanti