Budaya

Kisah Inspiratif Mantan TKI Asal Karanganyar Sukses Rintis Usaha Gethuk Take hingga Ekspor Pasar Mancanegara

Narasi Budaya – Melansir dari laman sejarahunik.net, gethuk ternyata makanan ringan khas Jawa Tengah yang berasal dari daerah Magelang. Bahkan kota Magelang sendiri dikenal sebagai kota gethuk. Nah, jika di Magelang ada Gethuk Gondok, di Salatiga ada Gethuk Kethek, di Banyumas ada Gethuk Goreng Sokaraja, maka di Karanganyar ada Gethuk Take. Sekilas informasi, makanan yang terbuat dari singkong ini memiliki makna kesederhanaan. Makanan ringan ini pun memberikan pembelajaran tentang rasa syukur atas apa yang Tuhan berikan. Bagaimana tidak, asal-usul gethuk sendiri bermula pada masa penjajahan Jepang. Langkanya beras di Kota Magelang saat itu membuat masyarakatnya memanfaatkan singkong untuk menjadi panganan utama. Seiring dengan perkembangan zaman, olahan dan bentuk gethuk pun sudah beraneka macam. Banyaknya orang yang ingin menjadikan gethuk sebagai salah satu usahanya, salah satu alasannya ialah karena cocok untuk hidangan segala acara. Selain itu, proses pembuatan camilan ini pun tidaklah sulit. Makanan ini dapat dibuat oleh siapa saja dan bahan bakunya cukup mudah untuk didapat.  Alasan Pak Edi memilih singkong Jalak Towo sebagai bahan baku gethuk take miliknya dikarenakan teksturnya yang lembut. Selain itu, singkong jenis ini juga sangat cocok untuk bahan baku singkong goreng. Apalagi Getuk Take yang di produksi di rumahnya di produksi secara tradisional, sehingga kualitas dan rasanya dapat di jamin keasliannya.

Edy Susanto (40) bersama istrinya, Tri Suharsi (34) warga Ngunut, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar sukses kembangkan usaha bahan pangan lokal singkong jarak towo hasil dari petani lokal. Mengawali usaha kuliner gethuk pada pertengahan 2016, Pak Edy Blangkon hanya bermodal tekad dan alat seadanya. Dari yang semula dikerjakan oleh keluarga, usaha gethuk olahannya sekarang mampu mempekerjakan puluhan karyawan. Kini dalam sehari produksi gethuk ini bisa menghabiskan singkong 4 sampai 5 kuintal. Awalnya pak Edy dan istri menjual produk gethuknya dengan menitipkannya ke sebuah toko di depan Puskesmas Tawangmangu. Latar belakang istrinya yang bekerja sebagai pengajar juga memudahkan pemasaran usahanya tersebut. Alhasil, semakin banyak pesanan datang untuk acara dan pertemuan. Resep produk gethuk yang merupakan warisan dari nenek buyutnya kini terus ditekuni bersama sang istri. Lama kelamaan, gethuk buatannya banyak peminat dan makin dikenal. Jadi, bisa dikatakan awal proses pemasarannya dari mulut ke mulut atau kalau dalam bahasa Jawa gethuk tular. Dari yang awalnya masih menggunakan kemasan plastik tanpa tulisan, kini sudah menggunakan kemasan kedap udara. Pak Edy pun pernah merasa pesimis, karena beliau pikir apakah harga 10 ribu rupiah laku untuk ukuran gethuk. Semangat pak Edy tentu naik di kala para customer memberikan testimoni bahwa gethuk buatannya enak dan tak sedikit juga yang berlangganan untuk dimakan sendiri ataupun membeli pesanan dalam jumlah besar. Jangan salah sebelumnya pak Edy sudah pernah bekerja sebagai TKI di Negeri Gingseng. Tak berhenti sampai disitu beliau juga pernah membuka rental PS di rumah orang tanya yang terletak di Solo. Penulis waktu kecil juga pernah rental PS di rumah pak Edy, loh. Menurut tetangga-tetangga penulis, pak Edy dikenal sebagai orang yang tidak mudah menyerah. Bermodalkan semangat dan ketekunan, beliau giat mengikuti berbagai pameran dan acara-acara yang menjadi pusat keramaian. Hampir setiap event beliau datangi, bahkan beliau menungguinya sendiri untuk membuka stand memasarkan produknya di pameran UMKM. Kini gethuk versi frozen miliknya juga dikirim ke wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur. Kedua wilayah ini belakangan meningkat permintaannya. Gethuk take frozen dikirim ke dua wilayah itu, setidaknya satu kali dalam sepekan. Beliau bersyukur produk olahan pangan buatannya mampu diterima pelanggan di luar kota. Dari hasil kerja kerasnya bersama istri tercinta, Pak Edy berhasil membuka tenant pusat jajan oleh oleh Getuk Take khas Tawangmangu. Rumah produksi Gethuk Take yang berada di Jalan Pringgosari, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar kini banyak dikunjungi oleh pembeli. “Varian produk yang paling laris adalah gethuk original. Baru lainnya rasa nangka, durian, coklat dan ada pula yang mix empat rasa. Bahkan sekarang sudah masuk di beberapa hotel berbintang dan restoran di Solo raya,” ucap pria bernama asli Edy Susanto itu. Ayah dua anak bernama Taka dan Kenji yang kemudian diabadikannya menjadi merek dagang “Gethuk Take “ ini bersama tim marketingnya dikenal kerap melakukan terobosan pasar, karenanya tak mengherankan bisnis getuknya terus berkembang. Di era digital saat ini beliau juga menerapkan pola pemasaran secara online sasaran pasarnya bahkan bukan hanya di tingkat lokal tetapi juga sudah menggarap ekspor. Dilansir dari tabloidsinartani.com, saat ini ekspor produk Gethuk Take sudah secara rutin dilakukan ke negara Hongkong dan Makao dan pelanggannya kebanyakan adalah para tenaga kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW). “Mereka bilang membeli getuk produksi saya untuk obat kangen karena dari dahulu singkong itu sudah merupakan makanan mereka sehari-hari,” tutur pria 40 tahun itu. Rencananya Pak Edi akan terus mengembangkan usahanya ini dengan terus melaunching produk baru setiap enam bulan sekali. Usaha yang kini sudah berjalan beriringan dengan gethuk take, yaitu berupa cothot atau gemblong  serta olahan pisang berupa pisang pasir yang merupakan best seller di tokonya.

Editor: Muhammad Aditya Wisnu Wardana

(Visited 32 times, 1 visits today)

Join The Discussion