Esai

TENTANG KETETAPAN TUHAN

Narasi Budaya – Tentu tidak ada yang tau mengenai ketetapan Tuhan. Sebagai manusia, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Seringkali manusia lupa bertawakal, selalu terpacu akan hasil. Mereka yang sering mendapatkan keberhasilan, nilai yang sempurna, dan kinerja baik pada akhirnya lupa bahwa Allah yang memberikan itu semua. Akhirnya, ketika menemukan kegagalan mereka tidak memiliki kelapangan hati melainkan kegelisahan.

            Seperti pada beberapa hari terakhirku, 3 kali tes semuanya gagal. Dalam hati terus menyangkal hasil tersebut, “aku selalu belajar dengan baik”. Aku mempersiapkan semuanya dengan baik, tetapi bagaimana hasilnya bisa berbeda? Mau bagaimana lagi, hasil sudah ada di depan mata. Dari kecil, aku terbiasa dengan nilai tertinggi setiap kelas, dengan semua pencapaian semasa sekolah, aku merasa tertekan dengan beberapa hasil tes ini.

            Sebelumnya, setiap kenaikan jenjang sekolah aku tidak pernah merasa kesulitan seperti anak pada umumnya karena selalu masuk sekolah terbaik di kotaku dengan beasiswa. Begitu juga dengan saat ini, mendapat beasiswa dan menduduki bangku perkuliahan tanpa keinginan dengan mudahnya. Sekitar satu tahun yang lalu, Ayah diundang ke SMA tempatku bersekolah sebagai salah satu orang tua siswa yang mendapat ‘tiket’ masuk perguruan tinggi melalui SNMPTN. Setelah sekian lama duduk mendengarkan apa saja yang dibicarakan, Ayahku mencoba berbicara pada pihak sekolah bahwa aku akan mengundurkan diri karena jujur saja apabila diterima, kami tidak mampu membayar UKT dan biaya lainnya.

            Di ruangan itu aku hanya diam, tidak kecewa jika orang tuaku menginginkan aku mundur karena aku pun tahu bagaimana keadaannya. Ini tidak akan mudah. Pihak sekolah melarang dan menolak aku mengundurkan diri, tentu mereka tahu potensiku. Tetapi akupun tidak mau kuliah. Aku ingin kerja dan mendapatkan gaji untuk orang tua, sesimpel itu. Mereka merekomendasikan beasiswa, tetapi kami pun pulang dengan kepasrahan.

            Akhirnya, aku mendaftar hari terakhir di universitas yang berlokasi beda provinsi, katanya bisa memperkecil peluang. Untuk jurusan aku ikut saja saran guru dan beberapa orang terdekatku. Dalam suatu percakapan ayahku bertanya apakah aku ingin kuliah. Jawabanku singkat saja sebenarnya “tidak”. Ayahku berkata bahwa jika memang nanti diterima, Ayah hanya bisa mendukung dengan doa. Sambil tertawa beliau menambahkan bahwa dalam doanya, harapan tidak diterima itu ada, tetapi sebagai seorang Ayah doa untuk hasil terbaiklah yang terucap, entah itu lolos atau tidak. Kami sekeluarga hanya mempasrahkan semuanya pada Allah, apapun hasilnya itu adalah ketetapan dari Sang Pencipta, bagaimana bisa kita ragu pada hal itu.

            Aneh bukan? Teman-teman yang lain bertekad, berdoa, dan berharap bisa diterima di universitas serta jurusan yang mereka inginkan, sedangkan aku tidak. Menangis bahagia ketika diterima, aku tidak. Memeluk orang tua dan orang tunya menangis mengucap hamdalah, orang tuaku tidak membahas hal itu sampai berhari-hari.

            Pada akhirnya aku disini, dengan kekhawatiran atas 3 nilai tes yang buruk. Kemana perginya rasa tawakal, berserah diri kepada Allah? Beruntungnya aku dari keberkahan bulan suci ramadan dalam suatu kajian, seorang ustaz menyadarkan kekeliruanku. Ternyata aku terlalu mengejar dunia sehingga rasa lelah saja yang didapatkan setiap hari. Hanya kuliah, belajar, pulang, dan mengerjakan tugas. Lalu kapan waktu untuk sejenak membaca Al-Qur’an? Kapan waktu berzikir mengingat Allah, bershalawat? Salatpun di akhir waktu.

            Mungkin saat ini dari teman-teman SMA, banyak yang belum diterima jalur SNBT. Boleh bersedih tetapi jangan berlebihan karena itu sudah ketekatan dari Allah. Bisa jadi Allah telah mempersiapkan hal yang lebih baik kedepannya atau mungkin pada jalan itu ada kesulitan sehingga Allah menjauhkanmu darinya. Percayalah, kita manusia hanya melihat hari ini dan kemarin, sementara Allah SWT lebih mengetahui hari esok dan masa depan yang panjang.

            Mungkin pikiran mengatakan bahwa usaha-usaha yang dilakukan sudah begitu besar, tetapi mengapa masih gagal. Hal seperti ini yang menimbulkan kekhawatiran dan ketidaktenangan hati. Padahal jika bisa menerima hasil hari ini, hati akan menjadi lebih tenang dan bisa melakukan ikhtiar lebih baik dari sebelumnya. Masih ada banyak jalur, coba saja semua. Seorang temanku mendaftar di banyak jalur, banyak kampus, diterima di 3 kampus diantaranya. Berani dan pasrahkan segalanya pada Allah. Jika manusia tidak memiliki kepasrahan dalam pikirannya selalu apa yang nanti akan dilakukan dan selalu melihat pada hasil, sesuai keinginan atau tidak.

            Jika seseorang sudah bertawakal, keadaan mentalnya akan lebih stabil dan tidak akan pernah gelisah akan kekecewaannya karena sudah berpasrah menerima apapun hasilnya. Entah itu saat ini, esok, lusa, atau nanti, tergantung ketetapan dari Allah. Tugas kita sebagai manusia hanyalah berikhtiar sebisa dan semampu kita agar Allah yang menetapkan apa yang menjadi bagian dari kemaslahatan hidup kita.

            Jangan terlalu mengejar dunia karena yang akan didapatkan hanya kelelahan 24 jam berputar-putar lalu tubuhnya kesakitan. Tidak akan mendapatkan apapun kecuali atas ketetapan dari Allah. Niatkanlah setiap aktivitas, setiap langkahmu karena Allah, niatkanlah sebagai ibadah untuk Allah SWT.   Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.

Editor: Ratih Gusti Permata Sari

(Visited 30 times, 1 visits today)

Join The Discussion