Hiburan

Kenapa Cocoklogi Sangat Dinikmati?

Cocoklogi kini tengah menjadi latah bagi sebagian masyarakat Indonesia. Entah dimunculkan oleh siapa dan mengapa bisa begitu booming, kejadian apapun kini pasti diikuti cocoklogi oleh bagi sebagian orang, yang kemudian dengan cepat tersebar di dunia maya. Mungkin karena “ilmu” ini sudah turun-temurun dari zaman dulu, sekaligus banyak masyarakat Indonesia yang senang dengan semua yang berhubungan dengan konspirasi dan hal-hal mistis. Istilah cocoklogi sendiri secara sederhana dapat dijelaskan sebagai ilmu yang mencocokkan suatu kejadian dengan suatu teori konspirasi.

Hal ini pun terjadi pada bencana alam yang terjadi beberapa waktu yang lalu, yaitu gempa di Banten (2/8/2019). Selang tak lama setelah gempa berlangsung, bukannya berduka cita, media sosial malah heboh dengan konspirasi mengenai terjadinya gempa bumi di Banten tersebut, yang kemudian disebarkan oleh sebagian besar warganet. Dilihat dari segi mana pun, hal ini tentu saja suatu tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Menerapkan teori cocoklogi dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di suasana yang berduka cita seharusnya tidak dijadikan kebiasaan bagi masyarakat Indonesia, malah akan lebih baik jika budaya ini ditinggalkan. Mungkin saja hal tersebut susah untuk ditinggalkan karena cocoklogi ini memang sudah ada sejak dulu.

Cocoklogi harusnya tidak dibiarkan begitu saja, terlebih banyak pihak yang tidak bertanggung jawab mencocokkan sesuatu yang berhubungan dengan suatu agama tertentu atau bahkan suatu event tertentu, seperti “Gempa yang terjadi merupakan peringatan..,” “Gempa Lombok yang terjadi kemarin sesuai dengan ayat..”, “Gempa Banten, jika dilihat pada surat ke.. ayat ke..”, “Gempa Banten, terjadi pada tanggal sekian, jika dilihat maka..”, bahkan, “Gempa Banten, 7,4 SR, sesuai dengan hari jadi..”. Hal tersebut bisa saja akan menimbulkan suatu masalah baru di kemudian hari. Namun, pada kenyataannya, cocoklogi yang berhubungan dengan keagamaan merupakan berita bohong yang memiliki paling banyak “konsumen” dari sekian teori-teori cocoklogi yang lain. Ditambah, banyak warganet yang lebih memilih langsung menyebarkan “teori-teori” tersebut tanpa mengecek ulang kebenaran berita tersebut.

Padahal, menghapus jejak digital yang kita tinggalkan pada linimasa dunia maya terbilang cukup sulit untuk dilakukan. Terlebih, jika jejak digital yang kita tinggalkan tersebut sudah tersebar luas dan sudah banyak pula yang menyebarkan ke platform lain. Seperti halnya yang terjadi pada kasus cocoklogi gempa Banten, setelah tersebar luas beritanya, ternyata terdapat banyak kesalahan dalam penyebaran cocoklogi yang ada pada beritanya.Oleh karena itu, sudah seharusnya kita meninggalkan kebiasaan kita dalam cocok-mencocokkan suatu kejadian. Hal tersebut belum tentu bisa dibuktikan kebenarannya, akan sangat membahayakan jika “teori” yang kita buat merupakan suatu berita bohong yang memberikan dampak buruk pada salah satu pihak. Sekaligus untuk menghindari kesalahan dalam menyebarkan berita ataupun isu dalam dunia maya. Kita sebisa mungkin jangan sampai mudah percaya pada teori-teori tersebut. Jangan jadikan cocoklogi sebagai budaya masyarakat Indonesia dan jadilah masyarakat Indonesia yang lebih pandai dalam menyaring informasi.

Penulis: Faathimah Zamrudul

(Visited 19 times, 1 visits today)

Join The Discussion