Article

Anak Kecil Belum Membutuhkan Smartphone

Narasi Budaya – Teknologi yang semakin berkembang dengan cepat. Salah satunya adalah smartphone. Zaman sekarang tidak memiliki smartphone rasanya seperti ada hal yang aneh. Dari anak-anak sampai orang tua pun memiliki smartphone.

Saat ini berbagai hal dapat dijangkau menggunakan smartphone. Salah satunya menjangkau zoom meeting. Di masa pandemi seperti ini, zoom meeting digunakan sebagai media pembelajaran untuk pelajar dan mahasiswa. Nah, seorang mahasiswa pastinya membutuhkan smartphone, karena jika tidak, mahasiswa dapat ketinggalan informasi seputar belajarnya.

Adapun setiap mahasiswa pasti memiliki aplikasi bernama WhatsApp yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan teman dan dosennya. Selanjutnya di pembelajaran daring semua materi diberikan melalui file di dalam smartphone.

Selain itu, absensi kehadiran pun juga melalui web universitas tersebut dan kegiatan pembelajaran juga dilakukan melalui zoom meeting. Semua hal tersebut membutuhkan sebuah benda yang bernama smartphone. Maka dari itu tidak mungkin jika mahasiswa tidak membutuhkan smartphone.

Namun, bagaimana jika smartphone ini diberikan kepada seorang anak-anak yang masih berusia di bawah 5 tahun? Yang mana di usia tersebut dia benar-benar belum membutuhkan smartphone. Benar saja seorang anak 5 tahun memang belum membutuhkan smartphone.

Jika untuk berkomunikasi dengan orang tua, keluarga, atau temannya pun, dia belum bisa membaca dengan lancar bahkan mengetik sebuah kata. Seorang anak di bawah 5 tahun ini bermain smartphone hanya untuk bermain game atau menonton Youtube.

 Nah pada sekarang ini, anak kecil banyak yang sering diberi smartphone oleh orang tuanya di usia mulai 4 tahun. Bahkan juga ada yang dibelikan smartphone hanya untuk bermain game atau seperti menonton youtube. Anak-anak yang keseringan bermain smartphone akan membuatnya menjadi memiliki sifat kecanduan.

Bagaimana tidak, karena keseringan diberi smartphone, lalu setiap waktunya ia akan selalu ingin memegang smartphone lagi karena sumber kesenangannya sudah ada di sana. Misalnya seperti bermain game, menonton Youtube, ada juga yang melihat Tik Tok.

Sementara itu, diberikannya smartphone pada anak ini memiliki alasan agar si anak tidak banyak tingkah atau mau berhenti menangis. Seperti saat anak sedang menangis dan tidak kunjung diam, akhirnya orang tua memberikan smartphone tersebut agar mau diam.

Meskipun demikian, terdapat sisi positif pada anak-anak yang bermain smartphone. Misalnya adalah dapat membuat anak menjadi lebih pintar dan memahami kosakata baru. Karena kebanyakan anak-anak di usia 4 tahun itu lebih sering menonton video youtube.

Misalnya jika anak-anak menonton video youtube tentang cerita anak-anak, maka dia akan dapat mengikuti dan jadi menghafal beberapa kata atau kalimat baru. Atau misal anak-anak menonton video tentang mengaji, huruf hijaiyah, murotal Al-Quran, maka si anak ini dapat mengikuti bahkan juga dapat menghafal sebuah surat.

Karena di usia tersebut, apa yang mereka lihat akan mereka ikuti. Selain itu ada juga anak-anak yang bermain game. Banyak yang mengatakan bahwa bermain game dapat mencerdaskan otak. Anak-anak akan diasah otaknya untuk memperhatikan suatu detail tertentu, yang berhubungan dengan konsentrasi.

Namun sisi negatifnya adalah anak-anak kecil yang diberi smartphone ini juga menjadikannya tidak fokus. Karena si anak ini terlalu asyik dengan smartphone-nya, ketika dipanggil atau diajak bicara ia tidak mendengar dan tidak menjawab.

Padahal penggunaan smartphone yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan otak, sehingga dapat membuatnya menjadi gagal fokus. Para peneliti pun mengatakan bahwa radiasi smartphone tidak baik untuk kesehatan psikis. Selain itu radiasi dari smartphone ini dapat menyebabkan otak tidak dapat bekerja dengan baik dan akhirnya menjadikannya tidak fokus.

Kebanyakan anak-anak yang berusia di atas 4 tahun sudah diberi smartphone dan bahkan ada yang sudah mengerti cara mengoperasikan smartphone tersebut, seperti membuka layar, membuka aplikasi, membuka kamera, dan lain-lain. Padahal di usia tersebut, anak sudah bisa bersosialisasi dan mengerti konsep berteman yang baik.

Alangkah lebih baik jika si anak dapat senang menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman-temannya, meskipun akan tak jarang ia menangis karena bertengkar. Dan seperti yang dituliskan tadi, jangan terlalu sering untuk memberikan smartphone kepada anak.

Apalagi saat sedang menangis dan tidak kunjung diam, dengan pikiran bahwa akhirnya jika diberikan smartphone tersebut mau diam. Banyak pilihan lain untuk melakukan hal tersebut, contohnya saja seperti diajak bermain ke luar rumah, diajak ke taman bermain sekitar rumah, dan juga diajak ke mini market untuk dibelikan jajanan juga ia sudah senang.

Nah, jadi untuk para orang tua sebaiknya dapat mengontrol si anak untuk tidak terus menerus bermain smartphone. Jika tidak memungkinkan, orang tua dapat memberikan smartphone kepada anaknya pada hari tertentu saja, misal seminggu sekali.

Lebih lanjut, sekarang sudah banyak smartphone yang memiliki fitur kontrol anak. Yang mana ini dapat dilakukan orang tua untuk membatasi anak bermain smartphone. Orang tua dapat mengaktifkan dan menonaktifkan fitur tersebut kapan saja.

Selain untuk membatasi waktu bermain smartphone, fitur tersebut juga berfungsi untuk melindungi anak-anak dari konten yang berbahaya dan tidak aman. Ditambah juga harus diberi waktu saat bermain smartphone, jangan sampai berlebihan waktunya.

Meskipun terdapat sisi positifnya seperti yang ditulis sebelumnya, bukan berarti anak-anak bisa terus menerus bermain smartphone. Karena sesuatu yang dilakukan secara berlebihan itu tidak baik. Jadi, jangan berlebihan dan menghabiskan waktu dengan bermain smartphone. Habiskan waktu luang anak-anak dengan keluarga dan teman-teman di luar agar dapat menambah pengalaman yang baru.

(Visited 26 times, 1 visits today)

Join The Discussion