Article

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PUISI TEGALAN BERJUDUL “LELAKU SANTRI” KARYA MAUFUR

Narasi Budaya – Puisi merupakan seni tulis yang terus memikat hati manusia dengan keindahan kata-kata dan kekuatan emosi yang terkandung di dalamnya. Sebagai bentuk ekspresi kreatif, puisi memberikan keleluasaan kepada penyair untuk menyampaikan perasaan kepada pembaca dan menggambarkan dunia dengan cara yang unik. Oleh karena itu, tak heran jika apresiasi terhadap puisi telah menjadi bagian integral dari budaya kita yang dapat memperkaya pengalaman hidup dan memberikan wawasan yang mendalam tentang manusia dan dunia di sekitar kita.

Setiap puisi memiliki identitasnya sendiri. Sebagai pembaca yang mengapresiasi puisi, kita diundang untuk merenungkan dan merasakan pengalaman yang dikomunikasikan oleh penyair. Dalam apresiasi puisi, dapat digunakan pendekatan-pendekatan tertentu seperti pendekatan pendidikan karakter. Pendekatan pendidikan karakter adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai moral, sikap positif, dan keterampilan sosial siswa. Pendekatan ini melibatkan pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada pengetahuan akademik, tetapi juga pada pengembangan kepribadian dan moral siswa.

Dalam artikel ini, penggunaan pendekatan pendidikan karakter digunakan dalam mengapresiasi puisi “Lelaku Santri” karya seorang sastrawan Tegal yang bernama Maufur. Berikut adalah kutipan puisi “Lelaku Santri” karya Maufur.

LELAKU SANTRI

Aja maning ngimpi, turu lali baé durung

(jangankan bermimpi, tidur nyenyak saja belum)

aja maning ngopi, nggodhog banyu baé wurung

(jangankan minum kopi, merebus air saja belum)

pribèn pan nganggo topi, wong ning ngisoré nganggo sarung

(bagaimana mau memakai topi, sedangkan di bawah menggunakan sarung)

Ora sida mangan lawuh daging sapi nang warung

(tidak jadi makan lauk daging sapi di warung)

Tangi turu ndonga ndhisit, bar kuwé adus nganti bersih

(bangun tidur berdoa dahulu, setelah itu mandi sampai bersih)

mapag subuh maring mesjid, solat sunah aja kosi kesisih

(mencegat subuh ke masjid, solat sunah jangan sampai tersisih)

sadurungé mbuka koran, wis maca ayat-ayat Al-qur’an

(sebelumnya membuka koran, sudah membaca ayat-ayat Al-Qur’an)

sadurunge mangkat kerja, wis dilakoni solat duha

(sebelumya berangkat kerja, sudah dijalankan solat duha)

nyong kudu ikhlas takdir Gusti

(saya harus ikhlas takdir Gusti)

sing wis nentukna lair lan pati

(yang sudah menentukan lahir dan mati)

sing penting ndonga saban dina

(yang penting berdoa setiap hari)

lan usaha temenan mbang kana-kana

(dan usaha yang benar-benar serius)

Uga ora mung kerja lan mikir, tapi kambèn ndonga lan dzikir

(juga tidak hanya kerja dan berpikir, tetapi juga berdoa dan dzikir)

rejeki sing diparani, ora mung dhuwit sing taktampani

(rejeki yang dijemput, tidak hanya uang yang diterima)

tapi nikmat séhat, nikmat sempat, lan ilmu manfaat

(tetapi nikmat sehat, nikmat sempat, dan ilmu yang bermanfaat)

Kuwé arané sangu dunia akherat

(itu namanya bekal dunia akhirat)

Pendidikan Karakter Religius dalam Kutipan Puisi Lelaku Santri

Kutipan puisi di atas menggambarkan pendidikan karakter religiositas melalui penggambaran beribadah, ikhlas, ikhtiar, dan bersyukur. Pendidikan karakter tersebut dalam kutipan puisi terlihat pada kutipan Tangi turu ndonga ndhisit, bar kuwé adus nganti bersih, mapag subuh maring mesjid, solat sunah aja kosi kesisih,sadurungé mbuka koran, wis maca ayat-ayat Al- qur’an, sadurunge mangkat kerja, wis dilakoni solat duha, nyong kudu ikhlas takdir Gusti, sing penting ndonga saban dina,lan usaha temenan mbang kana-kana,Uga ora mung kerja lan mikir, tapi kambèn ndonga lan dzikir, rejeki sing diparani, ora mung dhuwit sing taktampani, tapi nikmat séhat, nikmat sempat, lan ilmu manfaat.

Penggambaran karakter dari aspek beribadah pada kutipan tersebut adalah bangun tidur berdoa terlebih dahulu, sebelum solat subuh melaksanakan solat sunah terlebih dahulu, membaca Al-Qur’an, sebelum berangkat kerja melaksanakan solat duha terlebih dahulu. Penggambaran aspek bersabar pada kutipan puisi tersebut adalah ikhlas dalam menerima takdir Allah atas segala hal yang diterima dalam hidup. Penggambaran ikhtiar pada kutipan tersebut adalah berdoa kepada Allah setiap hari dengan dibarengi usaha yang serius tanpa melupakan dzikir. Bersyukur pada kutipan tersebut digambarkan bahwa rezeki bukan hanya sekedar uang, tetapi nikmat sehat, nikmat sehat, dan juga ilmu yang bermanfaat sebagai bekal untuk di akhirat.

Dalam puisi di atas pengarang merujuk pada perilaku santri yang harus memiliki religiositas. Penegasannya terlihat ketika pengarang menggambarkan bahwa menjadi santri harus rajin beribadah, ikhlas, ikhtiar, dan beryukur. Hal tersebut jelas terlihat pada kutipan Tangi turu ndonga ndhisit, solat sunah aja kosi kesisih, wis maca ayat-ayat Al-qur’an, wis dilakoni solat duha, nyong kudu ikhlas takdir Gusti, usaha temenan mbang kana-kana, rejeki sing diparani, ora mung dhuwit sing taktampani, tapi nikmat séhat, nikmat sempat, lan ilmu manfaat.

Editor : Bintang Eka Priyangga

(Visited 63 times, 1 visits today)

Join The Discussion