Bahasa

Membangun Nasionalisme Mahasiswa melalui Sumpah Pemuda

Narasi Budaya – Mahasiswa adalah agen perubahan. Mahasiswa yang merupakan bagian dari pemuda tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang penting dalam membangun bangsa yang beradab. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa harus mengupayakan diri untuk menjadi pribadi yang kreatif, mandiri, serta mampu menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik. Semua itu dapat tercapai jika di dalam jiwanya terkandung nilai-nilai nasionalisme. Nasionalisme merupakan suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa, tanah air dan budaya sendiri (Suparno: 1993).

Zaman dahulu, para pemuda menunjukkan rasa nasionalisme dengan cara melawan penjajah dari negara lain, baik itu menggunakan senjata, maupun secara diplomatik. Soedjatmoko Mangoendiningrat adalah salah satu contoh pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat jalur diplomatik. Pada saat usia 25 tahun, beliau sudah dikirimkan ke New York, Amerika Serikat untuk berdiplomat bersama H. Agus Salim, dkk. Mereka menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB guna mencari jalan keluar dari konflik militer antara Indonesia dan Belanda. Sudjatmoko terpilih karena beliau adalah seorang intelek yang cerdas dan memiliki rasa nasioalisme tinggi. Menurut Sudjatmoko, nasionalisme suatu bangsa tidak memandang asal usul saja, tetapi lebih menekankan pada aspek kemanusiaan sebagai dasar rasa cinta tanah air (dikutip dari wawancara Soedjatmoko kepada J. D. Legge pada 28 Juli 1980). Dikarenakan pandangan seperti itu, Sudjatmoko sangat berhati-hati dalam memperlakukan orang lain sehingga ia tidak membenci atau menghina orang lain.

Berbeda dengan zaman dahulu, pada zaman sekarang para pemuda menunjukkan rasa nasionalismenya dengan cara yang berbeda. Di tengah gelar gemerlapnya kemajuan zaman yang diikuti perkembangan teknologi membuat penyebaran informasi menjadi sangat cepat dan masif. Segala sesuatunya dilakukan secara digital sehingga permasalahan yang muncul kian beragam. Tantangan yang dihadapi bukan lagi mengusir penjajah dari negara Indonesia ini. Para pemuda dihadapkan dengan berbagai tantangan dari berbagai aspek, seperti:

  1. Politik

Indonesia yang sebentar lagi akan menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 2024 menyebabkan banyak berita dan informasi hoaks menyebar secara liar. Dikutip dari situs kominfo.go.id penyebaran hoaks jelang pemilu meningkat 10 kali lipat dari biasanya. Informasi hoaks tidak hanya mengenai bakal calon presiden atau wakil presiden saja, tetapi merambat sampai kepada reputasi KPU sebagai penyelenggara pemilihan umum. Jika tidak dicegah, hal ini akan mengancam demokratisasi penyelenggaraan pemilihan umum. Sebagai seorang mahasiswa yang intelek dapat mencegah perbuatan ini dengan mengecek ulang kebenaran setiap berita atau informasi yang beredar. Jika ada sesorang yang menyebarkan berita hoaks karena ketidaktahuannya, alangkah lebih baik segera diingatkan agar penyebaran tidak semakin luas. Selain itu, korupsi juga menjadi permasalahan politik yang dirasa tidak pernah usai dari zaman ke zaman. Untuk menindak kasus ini, mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja lapangan atau kesempatan yang lain mengenai masalah korupsi dan mendorong masyarakat berani melaporkan adanya korupsi yang ditemuinya pada pihak yang berwenang.

  • Ekonomi

Banyaknya produk luar negeri yang menyerbu Indonesia menyebabkan daya beli masyarakat terhadap produk dalam negeri kian menurun. Mereka menganggap bahwa produk luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik daripada produk dalam negeri. Padahal, jika ditelisik lebih lanjut banyak produk dalam negeri serupa produk luar negeri yang memiliki kualitas lebih baik daripada produk luar negeri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menangani hal ini adalah melatih para pemuda khususnya mahasiswa untuk lebih memberdayakan UMKM. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa dana atau pelatihan sehingga inovasi produk bisa terus digalakkan. Di samping itu, adanya kemajuan teknologi menyebabkan e-commerce berkembang sangat pesat. Hal itu menyebakan pedagang yang berjulan secara langsung di kios mengalami penurunan omset. Belum lagi ada pencampuran antara aplikasi e-commerce dan media sosial. Adanya pencampuran ini menyebabkan pedagang offline store semakin menangis. Untuk menangani hal ini, pemerintah Indonesia menutup e-commerce yang ada dalam aplikasi tersebut. Akan tetapi, pemerintah masih membolehkan pedagang untuk mempromosikan barang dagangan pada aplikasi media sosial.

  • Sosial dan Budaya

Perkembangan zaman juga menyebabkan perubahan nilai-nilai soasial dan budaya. Di era globalisasi, perilaku dan kepribadian remaja menjadi kebarat-baratan karena generasi muda menganggap budaya barat adalah budaya yang keren, modern, dan kekinian. Banyaknya generasi muda yang meninggalkan budayanya sendiri sehingga menyebabkan hilangnya budaya lokal. Westernisasi terjadi karena pesatnya globalisasi bidang teknologi dan pengetahuan. Westernisasi terjadi ketika masyarakat melihat budaya Barat di situs web atau aplikasi dan melihatnya sebagai sesuatu yang trendi atau kekinian dan menerapkan budaya Barat dalam kehidupan mereka. Padahal, hal tersebut bertentangan dengan norma dan budaya yang ada. Misalnya berpakaian seksi, berhubungan seks tanpa menikah, dan upaya penggunaan bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari. Untuk menangani hal ini, mahasiswa sebagai agen perubahan juga tidak boleh bersifat egois/apatis terhadap  masyarakat.  Mahasiswa harus mengingat bahwa pengaruh dari pendidikan formal mereka adalah pengabdian pada masyarakat. Pengabdian dalam masyarakat tersebut dapat berupa aksi nyata untuk mencegah perbuatan tersebut kian meluas dengan pengadaan sosialisasi secara langsung mengenai dampak negatif westernisasi atau kampanyanye melalui media sosial. Mahasiswa juga dapat mengingatkan masyarakat untuk lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. akan tetapi, tidak melarang mereka untuk mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.

Dengan demikian, momentum sumpah pemuda digunakan oleh generasi muda, khususnya mahasiswa untuk mengingat akan ikrar yang sudah diucapkan oleh para pendahulu. Ikrar yang berbunyi “Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedua: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia,” seharusnya dapat membangkitkan semangat nasionalisme generasi muda untuk menghadapi tantangan yang saat ini sedang berlangsung. Semua ikrar tersebut dapat diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

(Visited 87 times, 1 visits today)

Join The Discussion