Kuliner

Lestarikan Jajanan Legendaris, Iovasi Kembang Goyang Mocaf Jadi Daya Tarik

Pacitan– Kembang Goyang menjadi salah satu jajanan legendaris dari Kota Pacitan, Jawa Timur.

Jajanan ini biasanya disuguhkan dalam acara-acara hajatan juga sebagai kudapan saat Bulan Ramadhan. 

Rasanya yang enak, renyah, dan bentuknya yang unik menjadikan jajanan ini cukup digemari oleh masyarakat Pacitan.

Menurut sejarah, nama Kembang Goyang diambil dari bentuknya yang menyerupai bunga dan proses pembuatannya yang digoreng dengan cara digoyangkan dari cetakan di dalam minyak panas hingga terlepas. 

Dari beberapa sumber, Kembang Goyang ini diakui berasal dari Betawi.

Meski demikian, jajanan ini telah melegenda di pulau Jawa, termasuk menjadi jenis jajanan legendaris di kota Pacitan.  

Namun, saat ini Kembang Goyang mulai terlihat sepi peminat. 

Beberapa faktor yang mendasarinya adalah rasanya yang itu-itu saja dan mulai tergeser oleh jenis jajanan lain yang lebih terkenal. 

Maka dari itu, untuk melestarikan jajanan legendaris ini, sebuah inovasi datang dari ibu rumah tangga asal Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku bernama Ririn Umayah. 

Dalam dua tahun terakhir ini, beliau mencoba mengembangkan Kembang Goyang ini agar lebih dikenal oleh masyarakat.

Beliau mencoba mengganti beberapa bahan utama untuk membuat Kembang Goyang.

Jika biasanya dibuat dengan campuran tepung kanji, tepung terigu, dan hongkue maka beliau mengganti hongkue dengan tepung mocaf. 

Tepung mocaf adalah jenis tepung yang dibuat dari fermentasi singkong.

“Saya ganti jadi tepung mocaf karena selain bisa diproduksi sendiri, harapannya supaya lebih enak dan lebih gurih.Tepung mocaf juga dipercaya rendah kalori dan gula jadi saya rasa lebih sehat,” kata Ririn Umayah saat diwawancarai pada hari Kamis (30/09/2021).

Akhirnya, usahanya pun membuahkan hasil. 

Rasa yang dihasilkan dari Kembang Goyang Mocaf ini terbukti lebih enak, lebih gurih, lebih renyah dan warnanya juga lebih cantik. 

Saat ini, Kembang Goyang Mocaf tidak hanya digunakan sebagai kudapan untuk acara hajatan, tetapi mulai dipasarkan ke toko-toko sebagai oleh-oleh dan makanan ringan yang siap dikonsumsi kapan saja. 

Harganya pun cukup terjangkau, yaitu berkisar antara Rp 4.000,00 – Rp 5.000,00/bungkus. 

Selain sebagai upaya melestarikan jajanan legendaris Kota Pacitan, usaha ini juga telah mampu menghasilkan keuntungan yang berlipat.

Tidak adanya pesaing dari daerah Pringkuku menjadi peluang besar bagi Ririn Umayah untuk mengembangkan uasahanya ini. 

Meskipun demikian, dalam prosesnya masih terdapat banyak kendala.

“Kendalanya itu di proses pembuatan tepung mocaf, untuk membuatnya harus melalui proses penggilingan, nah itu kita belum punya alatnya. Jadi, masih harus ke tempat penggilingan. Kemudian, kalau cuaca tidak mendukung nanti hasil tepungnya jadi kurang bagus,” tutur Ririn.

“Tetapi, sampai saat ini penjualan sudah mulai ada peningkatan. Walaupun masih terbatas di dalam wilayah desa tetapi nanti harapannya bisa meluas ke luar desa. Sayangnya, produk ini belum punya label,” tambahnya.

Penulis : Wahyu Fajar Lestari

(Visited 16 times, 1 visits today)

Join The Discussion