Wadon : Wadas
turut kau saksikan ketika negara mulai kusut
redam ditelan gelap dan perlahan sirna
di kedua bukitmu.
sebab kian hari, tanggung jawab makin tak terpenuhi.
pada suatu waktu, negara datang padamu.
ia janjikan kemakmuran dan masa depan
dengan merebut tanahmu.
dan ketika itu pula menyerukan satirmu:
“serap susuku. serap sebanyak yang kau mau!”
kau paham benar bahwa negara
kadang, memang tak berguna.
ia serap segalanya darimu dan kau tak tahu untuk apa.
cinta, juga benci, bisa saja lahir dari diam.
sebab telinga lebih sering tuli,
tanpa mau mendengar dan merampas begitu saja.
karena suara, kadang lebih membunuh dari belati.
lalu, sekali lagi kau berseru:
“serap sariku. serap sebanyak yang kau perlu.”
kau tahu, bahwa cintanya pada negara
lebih sering menyakitkan daripada membahagiakan
karena kepercayaan, sesungguhnya tak pernah memiliki balas.
ketika pagi tiba, kau sadar,
bahwa negara yang kau cinta
tak lebih dari penjarah semata.
(Karanganyar, 2022)