Uncategorized

Nyatanya Rumah Tak Selalu Ramah

Narasi Budaya – Apakah kalian tahu apa yang saya maksud rumah di sini? Ya, rumah yang saya maksud di sini bukan rumah dalam wujud fisik yang sebenarnya. Melainkan keluarga yang merupakan rumah untuk menjadi tempat pulang bagi setiap anak setelah menghadapi dinamika kehidupan. Setiap anak yang terlahir di dunia ini tanpa terkecuali, pasti begitu mendambakan situasi rumah yang sehat, nyaman, serta memberikan ketentraman lahir dan batin.

Kondisi rumah seperti itu sangat penting untuk pertumbuhan dan kesehatan mental setiap anak, terutama bagi anak yang tengah menginjak masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan seperti fisik, psikis, dan psikologis yang membutuhkan peran keluarga dalam prosesnya.

Di sisi lain masa remaja merupakan masa yang sangat rentan dan mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitar, salah satunya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang sehat akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan perilaku remaja. Remaja yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sehat cenderung lebih percaya diri dan selalu berpikir positif dalam menjalani kehidupannya. Namun sayangnya, banyak remaja mengalami gangguan kesehatan mental yang timbul akibat tidak sehatnya lingkungan keluarga mereka.

Faktor terbesar yang menjadi tidak sehatnya lingkungan keluarga yaitu orang tua masih belum tahu bagaimana membina keluarga harmonis serta orang tua belum mampu membentuk jasmani dan rohani anaknya dengan baik. Rata-rata remaja yang mengalami ganguan kesehatan mental berasal dari keluarga broken home. Mereka merasa hidupnya tidak seberuntung orang lain, mudah depresi, tidak punya identitas diri yang kuat, dan merasa dirinya tidak berharga.

Padahal keluarga diibaratkan sebagai support system serta menjadi pondasi bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang. Tetapi pada realitanya banyak anak yang tidak mendapatkan haknya sebagai anak, malah mendapat hal-hal yang tidak seharusnya didapat. Misalnya saja, kekerasan fisik, kata-kata dari orang tua yang membuat mental anak menjadi down, dan hal-hal lain yang membentuk opini remaja bahwa rumah tidak selalu ramah untuk mereka.

Maka dari itu, sangat penting sebuah keluarga untuk menciptakan kondisi yang harmonis untuk menjaga kesehatan mental anak. Lalu, apa yang harus dilakukan setiap orang tua dalam membentuk keluarga harmonis sekaligus menjaga kesehatan mental anak agar tidak terganggu?

  1. Berusaha semaksimal mungkin membangun citra keluarga yang sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengapresiasi pencapaian positif yang diperoleh setiap anggota keluarga. Kemudian menjaga lingkungan rumah yang bersih dan senantiasa mencipakan keharmonisan dalam keluarga.
  2. Memiliki waktu yang berkualitas. Banyak keluarga yang tidak memiliki waktu dengan anggota keluarganya, karena terlalu sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Padahal waktu yang berkualitas sangat penting dimiliki untuk membentuk keluarga yang harmonis. Karena dengan memiliki waktu bersama, anggota keluarga akan lebih mudah untuk saling memahami satu sama lain.
  3. Mampu meminimalisir konflik yang terjadi. Dalam berumah tangga pertikaian atau konflik pasti mungkin terjadi. Tetapi ketika orang tua mengalami suatu konflik, sebaiknya seorang anak tidak perlu mengetahui hal tersebut. Karena ketika seorang anak melihat atau mendengar kedua orang tuanya terjadi konflik, perasaan mereka hancur, pikiran mereka kacau. Maka dari itu, penting sekali bagi orang tua untuk dapat menghindari konflik dalam keluarga.
  4. Lebih bersikap terbuka antar anggota keluarga. Ketika ada permasalahan dalam keluarga, komunikasikan bersama anggota keluarga. Karena banyak masalah timbul akibat tidak terjalinnya komunikasi yang baik, sehingga mengakibatkan miscommunication yang mengakibatkan permasalahan muncul.
  5. Tidak memaksa kehendak satu sama lain. Orang tua memiliki pilihannya masing-masing begitu pula dengan anak. Maka, menghargai pendapat masing-masing sangat perlu dilakukan. Tapi terkadang, orang tua terlalu mendominasi kehendaknya kepada sang anak, seakan-akan orang tualah yang berhak menentukan arah dan langkah anak dalam menjalani kehidupannya. Padahal anak juga memiliki pilihan dan tujuan ke mana mereka harus melangkah.
  6. Memilih metode parenting yang tepat dan sesuai kebutuhan. Memang masing-masing orang tua berbeda dalam mengaplikasikan metode parenting kepada anaknya. Orang tua biasanya melakukan metode parenting berdasar pengalaman semasa hidup dan pengajaran yang di berikan orang tuanya dulu. Padahal metode parenting tersebut belum tentu sesuai dengan kebutuhan anaknya. Oleh karena itu, sinergi antara orang tua dan anak harus terjalin dengan baik.

Oleh karenanya, dengan menerapkan hal-hal di atas tidak hanya mental anak yang akan terbangun dengan sehat. Tetapi, rumah atau keluarga itu sendiri dengan sendirinya akan menjadi tempat yang nyaman bagi setiap anggotanya untuk berpulang setelah melalui dinamisnya kehidupan.

Editor: Lina Khoirun Nisa

(Visited 79 times, 1 visits today)

Join The Discussion