Cerpen

Mutiara Berlumpur

Seorang gadis cantik jelita duduk termenung menikmati pagi yang sunggu segar ini. Dia sedang bingung antara  panggilan di teleponnya yang berdering sejak tadi atau pura-pura megetahuinya. Namun hatinya ingin menyapa pria di seberang sana.

Kring.. kring.. kring..

“Ku tunggu di tempat biasa ya, 15 menit lagi aku sampai” ucap seorang pria bersemangat.

“Sstt, pelan-pelan, nanti bunda sengar. Aku hari ini tidak bisa berangkat bersamamu, bunda memaksa untuk mengantarkanku ke sekolah” ucap Reva ketakutan.

“Oh okay, lain waktu saja” jawab sesosok pria yang terdengar sedikit kecewa.

Reva langsung mematikan HPnya dengan perasaan dongkol, ia langsung keluar dan mengajak bundanya berangkat.

Pagi ini bukan hal yang menyenangkan bagi Reva. Rencana berangkat dengan sang pacar hancur sudah. Bundanya memang begitu melarang Reva berteman dengan laki-laki siapapun kecuali Bara, pria tampan dewasa dan memiliki bisnis serabi yang terbilang sukses di kota Solo. Usianya juga tidak terlalu jauh dengan Reva. Dan Baralah yang bunda jodohkan dengan Reva.

Perjalanan ia ke sekolah bukan perjalanan yang sangat singkat. Pada pagi itu, Reva merasa bahwa taksi hanya berjalan di tempat sedangkan taksi itu harus melewati gurun pasir, menaiki gunung dan menyebrangi lautan lepas. Jarak antara rumah ke sekolah sebenarnya hanya 8km, namun terasa seperti mengelilingi dunia. 15 menit bagaikan 1 dekade. Setelah sampai langsung Reva tanpa menunggu taksi sang bunda kembali berjalan.

***

“ Sial” teriak Reva spontan kala mengetahui ada yang terlupa. Sella datang menghampiri Reva. 

“Apa sih? brisik amat” tanya Sella heran.

“Aku lupa bawa buku geo Sel”  dengan lemas Reva duduk di bangkunya.

“Pegal kakiku berdiri 2 jam” ia hampir menangis.

Melihat sahabatnya bersedih, sambil tersenyum Sella pun berkata “Aku juga mengerjakan kok, nanti kita berdiri bareng”. 

Beban yang dirasakan Reva sedikit berkurang karena dia tidak sendiri dan itu membuat Sella lega melihatnya. Sebenarnya Sella hanya pura-pura, dia telah mengerjakan tugas geo, tetapi dia tak mau melihat teman cantiknya itu bersedih. Sella adalah satu-satunya sahabat Reva dan banyak hal yang telah mereka lalui bersama. Sejak pertama mereka berteman.

Saat istirahat Reva dan Sella pergi ke kantin sekolahnya.

“Gilak pegel banget ni kaki” ucap Reva sambil memijat kakinya. Sella membuka-buka buku menu. Sebenarnya Sella menyesal pura-pura tidak mengerjakan PR, namun itu semua demi sahabatnya yaitu Reva. 

“Pak bakso 2 sama es teh 2” ucap Reva kelelahan.

Di tengah keramaian kanti, Reva mencari sesosok kekasihnya. Dia rindu ingin menceritakan semua hal yang yang ia lalui hari ini, mulai rasa bencinya terhadap bundanya, hingga buku geo yang tertinggal di meja karena ia tergesa-gesa berangkat tanpa melihat isi tasnya kembali. Namun tak berlangsung lama Reva melihat sosok pria yang tak asing baginya. 

“Galang” pria yang dipanggil Reva menghampirinya, dengan cemberut Reva mulai menceritakan  tentang hari ini kepada kekasihnya itu.

“Hari ini aku sebel banget, sebel sama bunda sama Pak Busri geografi, pokoknya aku sebel”. Sella yang mendengar hanya dia, ia tau itulah sifat Reva yang membuatnya ia tak memiliki teman selain Sella.

Perasaan sebal terhadap bundanya masih Reva rasakan. Bunda Reva cukup curiga dengan perilaku Reva akhir ini. Seperti sore ini bunda sengaja menggeledah semua barang milik Reva ketika Reva sedang mandi. Bunda ceriga kala Reva mual tadi pagi tetapi tidak ada tanda-tanda di badannya jika Reva sakit. Melihat test pack yang bergaris 2 bunda tak bisa lagi berkata apa-apa.

“Mungkinkah semua ini terjadi” ucap bunda sambil menangis. 

Setelah mandi Reva melihat bunda memegang alat yang beberapa hari ia sembunyikan. Reva pun ikut menangis dan mencoba menenangkan bundanya. 

“Ini pasti ulah cowok berandalan itu kan ?” tanya bunda kecewa. Reva hanya menangis.

“Iya kan?”

“Kan bunda sudah bilang jangan dekat-dekat cowok seperti itu “ perasaan marah dan sedih bunda bercampur menjadi satu.

“Bukan bunda, bukan” ucap Reva dengan sambil tetap menangis.

“Terus siapa? Ha?” tanya bunda.

“Bara” dengan takut Reva menjawab pertanyaan bunda.

“Nggak mungkin” ucap bunda tak percaya.

“Benar bunda, Bara yang melakukannya bukan Galang”

Reva lalu menceritakan bahwa yang bunda pikirkan tentang Bara tidak benar. Bara dapat menjadi cowok yang penuh gairah bila bersama Reva. Bara tidak mau bertanggung jawab atas  apa yang ia lakukakan terhadap Reva.

Dengan penuh penyesalan bunda pun menangis, mutiara yang ia jaga sepenuh hati rusak oleh kelakuannya sendiri. 

“Maafkan bunda, maafkan bunda” dengan terisak bunda memeluk dan membelai rambut Reva. 

“Besok kita ke dokter untuk mencari solusi” ucap bunda.

Esoknya Reva dan bunda berkeliling Solo untuk mencari seorang yang dapat menggugurkan kandungan Reva. Waktu demi waktu berlalu dan perut Reva semakin membuncit. Bunda yang terlalu penyesalan di otaknya mendadak jatuh sakit. Mereka seakan mendapat cobaan bertubi-bertubi dan tiada hentinya. Galang dan Sella menjenguk bunda Reva di rumah sakit, tetes air mata bunda tak henti-hentinya menetes. Galang yang disangkanya buruk ternyata berhati mulia, dia tetap menemani dan mencintai Reva meski ia tahu apa yang terjadi pada Reva. Namun meski dukungan dan kasih sayang  yang diberikan pada Reva untuk melalui badai tersebut. Reva memilih mengakhiri semua penderitaan itu dengan seutas tali yang membawanya pada kematian.

Penulis: Lina Alin

(Visited 10 times, 1 visits today)

Join The Discussion